APA SAJA PERLENGKAPAN BAJU LITURGI PASTOR?
Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011
Amik adalah kain putih segi empat dengan dua tali di dua ujungnya atau ada juga model modern lain yang tidak segi empat dan tanpa tali.
Amik yang melingkari leher dan menutupi bahu dan pundak itu melambangkan pelindung pembawa selamat (keutamaan harapan), yang membantu pemakainya untuk mengatasi serangan setan.
Kain itu secara praktis juga berfungsi untuk menutupi kerah baju supaya tampak rapi, untuk menahan dingin, atau sekaligus untuk menyerap keringat agar busana liturgis pada zaman dulu yang biasanya amat indah dan mahal tidak mengalami kerusakan.
Amik dikenakan oleh imam, diakon, atau petugas lain yang hendak mengenakan alba.
Pemakaian amik sering tergantung juga pada alba yang akan dipakai. Kalau alba kiranya tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka barulah amik itu dikenakan sebelum alba (PUMR 336).
PENJELASAN DARI PASTOR Christianus Hendrik
Amik: Fungsinya seperti “pakaian dalam” untuk Imam yang akan merayakan Ekaristi/perayaan sakramen2 Gereja. Fungsi utamanya adalah untuk melindungi Stola dan Kasula supaya tidak cepat kotor oleh keringat yang sering banyak keluar di sekitar leher karena panas. Selain juga menutupi pakaian ‘sekular’ yang kadang ada Imam yang enggan berganti baju; atau juga untuk menutupi bagian tengkuk dan sekitar leher supaya tidak nampak telanjang.
Caranya dengan menebarkan kain persegi empat ini di tengkuk dengan kedua tali ditarik menyilang di dada, lalu dilingkarkan di pinggang dan ditali di belakang/punggung.
Karena fungsinya yang simple ini sering Imam kurang memperhatikan gunanya dan jarang memakai-selain juga tidak selalu tersedia di sakristi2 di tiap Gereja sekarang ini. Fungsi Amik ini lalu dipindah/ digantikan dengan memasang selembar kecil kain putih di stola, sehingga kalo cepat kotor yang mudah kotor adalah kain putih kecil tersebut yang bisa dilepas dan dicuci lalu stola sendiri tetap bersih…itu menyebabkan pemakaian Amik makin jarang.
Saya pribadi kalo ada Amik dan atribut lainnya yang lengkap lebih senang memakainya, bukan soal apa…tapi ada rasa agung dan khusyuk mempertahankan tradisi Gereja yang indah…walaupun kadang harus berkorban menahan panas dan keringat yang mengucur wkwkwk.. Masalahnya umat sering lebih sayang lilin2 di altar daripada Imamnya. Sudah panas dengan pakaian lengkap, jubah/alba, amik,stola, single, kasula…juga tidak diberi fan/kipas angin di sekitar altar,jadi mandi keringat deh…Ketika diminta, umatnya bilang:”nanti kipasnya mengganggu nyala lilin bisa padam, romo…” (wah, ga kepikir kalo rm nya karena kepanasan bisa ‘padam’ juga wkwkwk…)
Indra said
Saya kira judul dan isi artkel ini kurang sesuai…. 🙂 Mungkin bisa disesuaikan saja…..
liturgiekaristi said
Kira2 judul yang tepat apa ya pak? Ada usul? 🙂