PENGAKUAN DOSA : melapor detail dosa atau global saja?
Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011
PERTANYAAN UMAT :
1. @Romo Samiran : Sebenarnya dlm pengakuan itu apa perlu “melaporkan”detailnya atau globalnya?Kalo seperti M.Teresa 1x seminggu mungkin kesalahan sekecil apapun dibawa dlm pengakuan ya..Lha kalo 1/2 x setahun itu kan udah lupa,paling ya ingetnya yg dirasa “berat”.Mohon pencerahan Romo.Maturnuwun..:)
2. Mohon dukungan doa & pencerahannya. Pastor, bgmn dgn melawan org tua, menyakiti sesama & pelanggaran/ kesalahan terlebih sebelumnya tidak dpt menerima ayat alkitab yg menyebutkan: “Bila org menampar pipi kirimu maka berikan juga pipi kananmu..”??
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :
@Chatarina Ind : Pengakuan dosa bukan tempat mengadu, ttp tempat mengaku. Yang perlu diakukan ya dosanya, tetapi dengan jelas. Yang dimaksudkan jelas adalah: bentuk dosanya, tingkat sesal dan tobat kita, dan niat baik kita.
Bisa saja demi melihat secara tepat suatu dosa seorang imam bertanya sedikit detail, kalau kita menyebutnya masih dalam ungkapan kabur. Misalnya kita hanya menyebut berdosa “mencuri”. Itu belum jelas, memang sebaiknya mencuri apa.
Atau seorang menyebut berdosa melanggar perintah ke-6. Eehh setelah diternyata dia menyebutkan “melawan perintah ayahnya”.
Maka detail banget juga tidak, tetapi juga jangan hanya sebutan global saja, tetapi cukup memberikan gambaran apa yang kita sesali dan tobati. Agar dalam proses rekonsiliasi, nasihat, dll betul-betul kita mendapatkan apa yang perlu untuk pertobatan itu.
Pengakuan bukan formalitas, tetapi suatu pertobatan, suatu kesadaran seorang anak Allah akan kesalahannya dan ingin ‘bangkit dan kembali kepada Bapanya …..’
Menunda pengakuan sampai ada pengakuan umum, seperti Prapaska atau pra-Natal, itu memang seringkali menyebabkan kita sendiri menjadi lupa akan dosa-dosa kita yang perlu diakukan. Maka sebaiknya kalau ada dosa besar, segera cari waktu dan hubungi pastor agar bisa mengaku dosa. Umumnya pastor tidak akan menolak, kecuali kalau pastor itu ada kepentingan lain yang amat mendesak.
@Rio : hukum lama ‘talionis’ yakni “mata ganti mata, gigi ganti gigi” tidak membereskan dosa dan kejahatan di dunia ini, tetapi justru memupuk subur kejahatan itu karena kejahatan dilegalkan oleh agama. Atas nama “balas dendam” maka halal dilakukan.
Yesus mengubah itu bukan dengan balas dendam, tetapi dengan memotong jaringan balas dendam itu. Kita diajak untuk berlatih menjadi orang yang murah hati. Jadi bukan dengan banti menampar orang yang menampar kita, tetapi menyediakan pipi lain untuk ditampar. Itu hanya terjadi kalau orang tdk dibakar oleh dendam, tetapi oleh kemurahan hati dan keagungan hati. Dan kejahatan akan berhenti terputus, dan bahkan kebanyakan si pelaku kejahatan pun akan malu, dan sadar diri, minimal berhenti.
Dengan cara itu kita mengisi dunia ini dan relasi kita dg sesama bukan dengan kejahatan, tetapi dengan kasih persaudaraan dan pengampunan.
Umumnya orang akan mengatakan “itu berat dan sulit”.
Ajaran Kristus memang perlu diperjuangkan untuk bisa terwujud. Tetapi kalau sudah biasa mempraktikkannya, maka kebiasaan “baik” itu akan menjadi habitus kita yang menggarami orang lain untuk ikut pula hidup dalam kebaikan.
catharina julita said
nice sharing … dapat pencerahan. terima kasih… Gbu.