TRIDUUM (KAMIS PUTIH, JUMAT AGUNG, SABTU VIGILI
Posted by liturgiekaristi on April 28, 2011
nah di Indonesia ini aneh : ada banyak Paroki yang mengadakan Jalan Salib Hidup (tableau) di siang/sore hari sebagai pengganti Kisah Passio yang dinyanyikan + Penghormatan Salib ….Lho ???
Sabtu Paskah aslinya dalam Bahasa Latin itu : Vigil (Tirakatan menjelang Paskah), dulu disebut Sabtu Sepi. Inti perayaannya : Upacara Cahaya + Pembaruan Janji Baptis ….Paskah dirayakan pada hari Minggu (tiga hari setelah Yesus wafat : sesuai dengan Credo + Injil) …
tapi di Indonesia ini aneh : Sabtu Paskah sudah dirayakan sebagai Hari Raya Paskah, lengkap dengan salam-salaman Selamat Paskah, lagu Haleluya (Handel) dan berkat Paskah meriah … (Jadi Yesus bangkit pada hari keberapa?) … akibatnya, Hari Raya Paskah yang jatuh hari Minggu itu sepi (karena sudah dirayakan di Sabtu Paskah)…katanya Hari Raya Paskah itu hari raya terbesar …kok Minggu Paskah sepi… apalagi Paskah hari Kedua (Senin) sudah banyak yang lupa, padahal dulu sekolah2 Katolik dan Univ Katolik masih libur di hari Paskah kedua …sekarang ???
Secara liturgis, dan ini dalam ajaran dan tradisi Gereja, bukan masalah perhitungan harinya, melainkan rangkaian perayaan untuk mengenangkan SENGSARA – WAFAT – KEBANGKITAN Kristus Yesus, Tuhan kita. Jadi ada tiga (3) unsur dari rangkaian perayaan itu : sengsara – wafat dan kebangkitan Kristus, yang diawali perayaan Malam Perjamuan Terakhir – Peringatan Sngsara dan Wafat Kristus dan Perayaan Vigili Paskah dan Paskah Kristus (diantara ketiga peristiwa yang dirayakan ini ada : tuguran, ofisi/brevir atau ibadat pagi (di kampung saya ada Lamentasi hari jumad dan sabtu pagi), ada jalan salib bahkan munkin ada tablo sengsara Tuhan, … dsb … bahkan ada tradisi² khusus yang rangkaian acaranya dari hari rabu yang disebut Rabu Trewa)
Kalau kita perhatikan dengan sungguh liturgi perayaan Triduum Paskah ini maka liturgi dari Malam Perjamuan Terakhir sampai Vigili Paskah merupakan satu kesatuan / rangkaian. Biasanya dalam perayaan Ekaristi ada 4 bagian : ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi Ekaristi dan ritus penutup.
Dalam perayaan Triduum Paskah ritus pembuka pada perayaan Malam Perjamuan Terakhir dan ritus penutup pada perayaan Malam (vigili) Paskah dengan berkat dan pengutusan secara meriah. Pada perayaan kamis putih tidak ada ritus penutup, setelah doa komuni langsung perarakan pemindahan Sakramen Mahakudus.
Pada peringatan sengsara dan wafat Kristus pada Jumad Agung, tidak ada ritus pembuka dan ritus penutup : imam berarak masuk dalam suasana hening, lalu berlutut atau tiarap, kemudian doa untuk memulai perayaan kemudian menyusul Liturgi Sabda (pasio). Di akhir perayaan, setelah doa komuni, ada doa berkat tetapi berupa penumpangan tangan (tidak ada gerakan/tindakan memberi berkat berupa + tanda salib dan kata-kata pengutusan).
Pada perayaan Malam Paskah, tidak ada ritus pembuka ; setelah ada komentator untuk memberi penjelasan tentang rangkaian perayaan, langsung upacara cahaya atau pemberkatan api baru dan Lilin Paskah. Pada akhir perayaan baru ada ritus penutup berupa : berkat meriah Paskah dan pengutusan secara meriah, yang disertai Alleluia 3x.
Demikian juga bunyi lonceng (dan bunyi-bunyian yang lain): lonceng dibunyikan pada lagu Gloria di Kamis Putih dan dibunyikan lagi pada lagu Gloria di Malam paskah… dan dari situ bersama Alleluia kita sudah memasuki suka cita Paskah.
Alleluia pada Malam Paskah dikumandangkan secara meriah, bahkan dalam buku Mazmur Tanggapan, Alleluia pada Malam Paskah dari lagu Latin dengan tiga ayat/bait yang dinyanyikan dengan nada yang berbeda (dari rendah ke tinggi). Jadi pada perayaan Vigili Paskah sejak pemakluman Kristus Cahaya Dunia yang disimbolkan dengan Lilin Paskah dan Exultet sebagai pemakluman/proklamasi Paskah Raya kita sudah memasuki kegembiraan dan suka cita Paskah.
Jadi secara perayaan atau liturgi tidak ada yang salah dengan perayaan Triduum Paskah Kristus. Masalahnya terletak pada pastoral liturgy dan ini menjadi tugas kita bersama.
Bahwa pada Misa Paskah pada hari Minggu Paskah umatnya kurang dan ada anggapan bahwa Paskah sudah dirayakan malam sebelumnya (Malam Paskah) itu menjadi keprihatinan kita bersama dan katekese tentang liturgi lebih giat lagi. Link SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA ini juga bertujuan sebagai sarana pewartaan dan katekese seputar liturgi dan perayaan Ekaristi. Yang tentu saja berangkat dari keprihatinan tentang situasi Liturgi kita di Gereja Katolik Indonesia. Jadi tugas kita bersama terhadap masalah dan keprihatinan tentang Liturgi kita ini.
1. di dalam Norma Umum Kalender dan Tahun Liturgi, Artikel Nomor 19 dinyatakan: Tri Hari Suci (Triduum) dimulai pada Perayaan Ekaristi Kamis Putih, mencapai puncaknya pada Malam Paska, dan berakhir pada Ibadat Haria…n (atau Perayaan Ekarisiti) Minggu Paska Sore.
Referensi: http://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?id=5932#Trid
2. Dari pernyataan itu bisa disimpulkan bahwa Triduum memang berlangsung selama kurang lebih 3 X 24 jam (Kamis sore sekitar jam 6 sampai dengan Minggu Sore sekitar jam 6), waktunya setara dengan 3 hari penuh meskipun melewati 4 sebutan hari. Periode itu mencakup sebagian hari Kamis, Jumat sepanjang hari, Sabtu juga sepanjang hari, dan Minggu sebagian hari. Begitulah cara perhitungan liturgisnya, sedikit berbeda dengan kebiasaan kita menghitung hari secara normal.
Leave a Reply