Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

  • Majalah Liturgi KWI

  • Kalender Liturgi

  • Music Liturgi

  • Visitor

    free counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    Free Hit Counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    free statistics

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    hit counters



    widget flash

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    web page counter

  • Subscribe

  • Blog Stats

    • 1,255,577 hits
  • Kitab Hukum Kanonik, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Suci, Alkitab, Pengantar Kitab Suci, Pendalaman Alkitab, Katekismus, Jadwal Misa, Kanon Alkitab, Deuterokanonika, Alkitab Online, Kitab Suci Katolik, Agamakatolik, Gereja Katolik, Ekaristi, Pantang, Puasa, Devosi, Doa, Novena, Tuhan, Roh Kudus, Yesus, Yesus Kristus, Bunda Maria, Paus, Bapa Suci, Vatikan, Katolik, Ibadah, Audio Kitab Suci, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Tempat Bersejarah, Peta Kitabsuci, Peta Alkitab, Puji, Syukur, Protestan, Dokumen, Omk, Orang Muda Katolik, Mudika, Kki, Iman, Santo, Santa, Santo Dan Santa, Jadwal Misa, Jadwal Misa Regio Sumatera, Jadwal Misa Regio Jawa, Jadwal Misa Regio Ntt, Jadwal Misa Regio Nusa Tenggara Timur, Jadwal Misa Regio Kalimantan, Jadwal Misa Regio Sulawesi, Jadwal Misa Regio Papua, Jadwal Misa Keuskupan, Jadwal Misa Keuskupan Agung, Jadwal Misa Keuskupan Surfagan, Kaj, Kas, Romo, Uskup, Rosario, Pengalaman Iman, Biarawan, Biarawati, Hari, Minggu Palma, Paskah, Adven, Rabu Abu, Pentekosta, Sabtu Suci, Kamis Putih, Kudus, Malaikat, Natal, Mukjizat, Novena, Hati, Kudus, Api Penyucian, Api, Penyucian, Purgatory, Aplogetik, Apologetik Bunda Maria, Aplogetik Kitab Suci, Aplogetik Api Penyucian, Sakramen, Sakramen Krisma, Sakramen Baptis, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Ekaristi, Sakramen Perminyakan, Sakramen Tobat, Liturgy, Kalender Liturgi, Calendar Liturgi, Tpe 2005, Tpe, Tata Perayaan Ekaristi, Dosa, Dosa Ringan, Dosa Berat, Silsilah Yesus, Pengenalan Akan Allah, Allah Tritunggal, Trinitas, Satu, Kudus, Katolik, Apostolik, Artai Kata Liturgi, Tata Kata Liturgi, Busana Liturgi, Piranti Liturgi, Bunga Liturgi, Kristiani, Katekese, Katekese Umat, Katekese Lingkungan, Bina Iman Anak, Bina Iman Remaja, Kwi, Iman, Pengharapan, Kasih, Musik Liturgi, Doktrin, Dogma, Katholik, Ortodoks, Catholic, Christian, Christ, Jesus, Mary, Church, Eucharist, Evangelisasi, Allah, Bapa, Putra, Roh Kudus, Injil, Surga, Tuhan, Yubileum, Misa, Martir, Agama, Roma, Beata, Beato, Sacrament, Music Liturgy, Liturgy, Apology, Liturgical Calendar, Liturgical, Pope, Hierarki, Dasar Iman Katolik, Credo, Syahadat, Syahadat Para Rasul, Syahadat Nicea Konstantinople, Konsili Vatikan II, Konsili Ekumenis, Ensiklik, Esniklik Pope, Latter Pope, Orangkudus, Sadar Lirutgi

Archive for the ‘1. Panti Imam – Altar’ Category

ISTILAH LITURGI – TABERNAKEL , SACRARIUM

Posted by liturgiekaristi on June 22, 2011


Apa itu “tabernakel”, dan apa itu “sacrarium” ?

Chrisalea Alda

Tabernakel adalah tempat menyimpan Hosti Kudus/Tubuh dan Darah Kristus…Sacrarium/wastafel, tempat untuk merendam hosti yang rusak yang sudah dikonsekrasi hingga larut..Hosti yang sudah dikonsekrir tidak boleh dibuang/dibakar…aliran sacrarium tdk melalui pipa pembuangan…Mudah2an benar….

Renalto Haliman

jawaban anda benar chrisalea Alda, ada tambahan sedikit; tabernakel itu berasal dari bahasa natin; taber artinya kemah, narkel adalah kudus, jadi tabernakel adalah kemah kudus, dimana di letakan Tubuh Kristus

Noor Noey Indah

Boeh nambah sedikit yaa..
Pak Renalto Haliman benar.Tabernakel terkadang disebut juga sebagai “tenda pertemuan” (Kel 33:7). Asal usulnya dari tradisi Yahudi. Allah meminta Musa untuk membuat tabernakel, yaitu suatu tempat kudus yg bisa dibawa-bawa. Didalamnya disimpan tabut perjanjian, dua loh batu yg berterakan hukum dari Allah. Dengan demikian, secara teologis, tabernakel menjadi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Why 21:3)

Saat ini “tabernakel” berfngsi sebagai tempat menyimpan Sakramen Mahakudus, yakni Tubuh Kristus dlm rupa Hosti yg telah dikuduskan dalam Perayaan Ekaristi.

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Sekarang “tabernakel” menunjuk pada semacam lemari kecil dalam sebuah gereja, yg berfungsi sbg tempat menyimpan Sakramen Mahakudus, yaitu dlm rupa hosti yg telah dikonsekrir (dikuduskan) dlm Perayaan Ekaristi.
Tadinya, tempat menyimpan Sakra…men Mahakudus itu disebut “sacrarium”, suatu tempat yg kudus (Latin ” sacer” = kudus, suci). Sacrarium itu jg sekaligus merupakan tempat utk menyimpan minyak katekumen, krisma, dan pengurapan orang sakit. Bentuk sacrarium itu semacam lemari kecil yg ditempatkan di sakristi. Secara historis sejak abad ke-7 mulailah bermunculan tabernakel, dan tidak menyimpan Sakramen Mahakudus didlm sacrarium lagi melainkan Sakramen Mahakududs itu disimpan didlm tabernakel.Di dlm PUMR 280 juga di jelaskan bahwa :
“Hosti atau bagian hosti yg terjatuh harus dipungut dg hikmat. Kalau ada Darah Kristus tertumpah, hendaknya tempat itu dibersihkan dg air. Air itu lalu dituangkan kedalam “Sakrarium” di sakristi.”

Kalau boleh disimpulkan, bahwa tabernakel adalah sebuah lemari kecil dg nyala api abadi yg dipergunakan sbg tempat menyiman Sakramen Mahakudus yg telah dikonsikrir, sedangkan sacrarium adalah tempat kudus dan suci yg dipergunakan utk menyimpan /menuang hosti suci yg sdh rusak sekaligus tempat dituangkan sisa air setelah dipakai saat membersihkan bejana suci maupun air yg telah dipakai pastor utk cuci tangan,, hendaknya dituang ke dlm sacrarium tsb.

Chrisalea Alda

lha romo saya cucinya pake kobokan yang ditaruh diatas kreden…

Johanes Ogenk Jbso

‎@CA : namabahin ya, sebetulnya bukan direndam, tapi memang dibuang…untuk membuang Hosti yg sudah di konseklir (menjadi Tubuh Kristus/Sakramen Maha Kudus) sebelumnya harus dinetralisir menggunakan air, agar Sakramen Mahakudus kembali menjadi hosti ini dilakukan oleh imam di sacrarium (biasanya sacrarium dibangun di dalam sakristi) yaitu suatu bak cuci yang pembuangannya tidak dialirkan ke sistem pembuangan air, melainkan langsung ke tanah. Jika, karena suatu alasan tertentu, imam harus memusnahkan Hosti Kudus, imam akan melarutkan Hosti Kudus dengan air dalam sacrarium

Posted in 1. Panti Imam - Altar, 3. Benda Liturgi lainnya | Leave a Comment »

ALTAR

Posted by liturgiekaristi on May 19, 2011


Mengapa ya Altar itu harus dibuat sedemikian indah, megah, dan terkesan agung.. lalu, bagaimana bila kriteria itu tak dpt dipenuhi krn keterbatasan ? Sebanarnya, apa sih Altar itu ?

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Di dalam gereja, Altar menjadi fokus, karena mudah dilihat, bukan hanya karena bentuknya. Mudah terlihat krn dpt langsung tanpa halangan terlihat oleh mata baik pd posisi sedang duduk maupun sedang berdiri. Lokasinya terfokus dipusat sumbu… dan di ketinggian yg pas utk ketinggian pandangan mata, sehingga Altar beserta imam yg mempersembahkan misa dpt terlihat oleh semua umat.Altar melambangkan meja di mana Yesus mengadakan perjamuan terakhir bersama para murid-Nya. Itulah tempat dari mana roti dan anggur dibagi-bagikan pada waktu upacara komuni.Hanya ada satu Altar dlm Gereja, yg melambangkan Kristus sebagai satu-satunya Sang Penyelamat dan hanya ada satu Ekaristi dalam Gereja.
Altar sebagai “meja suka-cita” diusahakan mampu memberi makna kepada umat akan persatuan dan perdamaian, persahabatan dan persaudaraan, pujian dan syukur.

*Sumber dari Majalah Liturgi edisi 5 th 2008.

Pencerahan lebih lengkap bisa klik di link berikut ini :

https://liturgiekaristi.wordpress.com/category/d-benda-benda-liturgi/1-panti-imam-altar/

Johanes Ogenk Jbso

boleh nambin kan ya…hehehe waduh Altar ya…panjang juga gpp ya heheasal-usul kata “altar” kurang jelas, entah dari kata Latin “alta res” yang berarti “hal yang tinggi” atau “alta ara” yang berarti “altar yang tinggi”. Altar=meja Tuhan; di sekelilingnya umat Allah berhimpun dan saling berbagi. Altar menjadi pusat kegiatan bersyukurnya umat.

Menurut tradisi Gereja, dan sesuai pula dengan makna simbolis altar, daun meja untuk altar permanen harus terbuat dari batu, bahkan dari batu alam. Tetapi Konferensi Uskup dapat menetapkan bahwa boleh juga digunakan bahan lain, asal sungguh bermutu, kuat, dan indah. Sedangkan penyangga atau kaki altar dapat dibuat dari bahan apapun, asal kuat dan bermutu. Altar geser dapat dibuat dari bahan apapun asal, me nurut pandangan masyarakat setempat, bermutu, kuat, dan selaras untuk digunakan dalam liturgi.

Altar, sebagai meja perjamuan kudus, seharusnya menjadi yang paling mulia dan paling indah. Hendaknya dirancang dan dibangun bagi keperluan kegiatan liturgis komunitas / umat.

makna simbolisasi liturgisnya, Altar adalah simbol Kristus. Altar adalah juga Kristus sendiri. Namun dalam tataran spiritual ternyata altar juga menyimbolkan umat kristiani. Maksudnya, umat kristiani adalah altar-altar spiritual tempat kurban hidupnya dipersembahkan bagi Allah

Dalam buku liturgis tentang pemberkatan Gereja dan altar (Ordo Dedicationis Ecclesiae et Altaris, 1977) terdapat beberapa sebutan lain untuk altar, yakni: “meja sukacita”, “tempat persatuan dan perdamaian”, “sumber kesatuan dan persahabatan”, “pusat pujian dan syukur”. Sebutan-sebutan ini melengkapi makna utama sebuah altar sebagai meja kurban dan perjamuan.

wah panjang lah….ak pernah tulis artikel soal altar di http://belajarliturgi.blogspot.com/2011/01/altar-dalam-gereja-katolik.html

Johanes Ogenk Jbso

betul spt kata SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA: Altar adalah titik pusat perhatian jemaat yang berkumpul. Namun, itu tidak berarti bahwa altar harus berada di titik pusat (aksis) bangunan gereja. Altar harus …bisa dilihat oleh seluruh jemaat. Setiap kegiatan di sekitarnya harus terkomunikasikan dengan baik. Altar terletak di panti atau pelataran imam, yakni suatu area yang dikhususkan untuk pemimpin liturgi, dan membedakan dengan area jemaat.Wilayah panti imam biasanya lebih tinggi daripada wilayah tempat jemaat berhimpun. Selain meja altar, di panti imam juga terdapat ambo (meja Sabda), kursi imam (juga kursi Uskup jika di gereja katedral), kredens, tabernakel, dsb.

Francisca Clayde Callista FanzxuelSEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA= saya baru tahu apa itu altar. trims

Posted in 1. Panti Imam - Altar | Leave a Comment »

Tentang IBADAH SABDA dan PENGGUNAAN ‘MIMBAR-MINI’.

Posted by liturgiekaristi on April 7, 2011


Tentang IBADAH SABDA dan PENGGUNAAN ‘MIMBAR-MINI’.

 

1) Entah disadari entah tidak disadari, di beberapa tempat cukup sering terjadi KERANCUAN dalam PERAYAAN SABDA dalam lingkup ‘KOMUNITAS BASIS’ tingkat lingkungan, wilayah-rohani, kring atau apapun namanya. Malahan, barangkali kerancuan serupa masih terjadi juga pada tataran ‘STASI’ atau yang sejenisnya. Kerancuan apa? MEMAKAI MEJA (SEMACAM) ALTAR KETIKA MELAKSANAKAN PERAYAAN SABDA.

 

2) Nampaknya ini hanyalah masalah LITURGIS-PRAKTIS: Umat terbiasa menyiapkan meja supaya bisa ditempatkan segala perlengkapan terkait peribadatan itu (antara lain: lilin, salib, kolekte, pengeras suara, buku-buku). Alasan praktis lain: sarana yang tersedia di situ hanya meja yang seperti itu, tidak ada yang lain.

 

3) Namun, sepertinya ada juga hal lain yang cukup mendasar, yaitu DOMINASI-PAHAM.

[a] Perayaan Ekaristi selalu dipandang sebagai ibadah yang paling utama, sedangkan Perayaan Sabda dipahami sebagai ‘minus-malum’ dari Perayaan Ekaristi (Terjemahan bebas pribadi untuk ‘minus-malum’ : tiada rotan akarpun jadi).

[b] Seiring dengan itu, paham klerikalisme juga sedemikian kuat: peribadatan merupakan tugas klerus, ketidakhadiran mereka dilengkapi oleh para awam yang dipandang cakap, pantas dan terpilih.

Kedua paham tersebut [a] dan [b], secara begitu kuat menjiwai Dokumen Directorium de Celebrationibus Dominicalibus Absente Presbytero (Roma, 1988).

[c] Menjadi lebih ‘celaka’ lagi, bahwa ada beberapa awam yang mau-maunya tampil/bertindak seperti atau menyerupai klerus, bahkan ada AWAM WANITA yang berani menyebut diri SUDAH DITAHBISKAN oleh uskup.

 

4) Dalam keseluruhan Perayaan Ekaristi, ALTAR menjadi ‘pusat’. Sedangkan dalam Perayaan Sabda, MIMBAR menjadi ‘pusat’.Dalam Perayaan Sabda, altar hanya boleh digunakan untuk menempatkan sibori, jika otoritas gerejawi setempat mengijinkan penerimaan komuni dalam perayaan tersebut.

 

5) Seturut petunjuk Tata Ruang dalam Ibadah Sabda oleh Komlit KWI, ketika Ibadah Sabda, MIMBAR BOLEH DITEMPATKAN DI TENGAH, DI DEPAN ALTAR (lih. Komlit KWI, ”Perayaan Sabda Hari Minggu dan Hari Raya”, Yogyakarta:Kanisius, 1994, hlm. 422).

 

6) Maka, dalam ibadah sabda di rumah-rumah pada pertemuan kring, lingkungan atau wilayah rohani, apalagi tanpa penerimaan komuni, lebih tepat menggunakan ‘MIMBAR-MINI’, bukan altar-mini.Sedangkan, LILIN dan SALIB ditempatkan pada sebuah tempat lain di depan atau di dekat mimbar-mini tsb sepantasnya sesuai kondisi dan posisi yang tersedia di rumah tersebut.

 

7) Prinsip yang perlu dipegang yaitu: pemimpin ibadah menempati tempat yang harus BISA DIJANGKAU OLEH PANDANGAN SEBAGIAN BESAR hadirin, bila tak memungkinkan SEMUA UMAT.

 

 

Semoga bermanfaat

Salam, Zepto-Triffon

Sorong

Posted in 1. Panti Imam - Altar, 2. Bagian Liturgi Sabda | Leave a Comment »

KAIN PENUTUP ALTAR BOLEH WARNA LAIN SELAIN PUTIH?

Posted by liturgiekaristi on March 21, 2011


Pertanyaan umat :

Saya pernah membaca bhw warna kain dan lilin altar adalah putih tetapi belakangan ini lilin pun sdh berwarna dan kata seorang imam waktu saya tanya, ia memberi jawaban bhw skrg sdh ada perobahan dan diizinkan. Adakah dokumen resmi tentang warna kain dan lilin altar dan jg unt pakaian imam dll?. Termasuk bila ada perubahan norma atau aturan. Tks.

PENCERAHAN DARI Daniel Pane

Lilin yang tradisional itu terbuat dari sari lebah dan biasanya berwarna kuning (kekuning-kuningan). Penggunaan lilin berwarna putih adalah kebiasaan yang relatif belum terlalu lama. Ini adalah contoh altar yang menggunakan lilin dari cairan lebah: http://3.bp.blogspot.com/_oN5K_WcO5JM/TMjW6-INngI/AAAAAAAAHVk/p8SJju3qkfM/s1600/Requiem3.jpg

Kain penutup Altartetap berwarna putih, hanya biasanya ada kain tambahan yang menutup bagian depan Altar (antependium) yang bisa dibuat sesuai warna liturgi. Ini beberapa contoh altar dengan antependium: … http://sacredstitchesllc.com/sitebuilder/images/Antependium-215×203.jpg atau: http://1.bp.blogspot.com/_oN5K_WcO5JM/SncHv_GcnOI/AAAAAAAAAz0/07MqyARn4-Q/s400/DSC00777.jpg Pada dua gambar tersebut antependium berwarna rose dan ungu, tetapi penutup Altarnya tetap putih.Inilah penataan yang ideal , sesuai rubrik dan tradisional.

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Tentang warna liturgi ada dalam PUMR (Pedoman umum misale romawi) no 346. Maka hiasan altar, dll disesuaikan dgn warna liturgi tersebut. Lilin umumnya masih dari madu lebah yang warnanya agak kuning atau juga lilin yg berwarna putih.Bahwa di suatu tempat ada tersedia lilin yang berwarna lain, digunakan sesuai dgn warna liturgi, biasanya warna ungu yang dipakai dalam masa Advent dan Prapaskah dan jinggga pada hari minggu Advent III dan Minggu prapaskah IV. 

Berikut ini PUMR no 346 :

Warna-warna busana liturgis hendaknya digunakan menurut kebiasaan yang sampai sekarang berlaku, yaitu :

a. Warna putih digunakan dalam Ibadat Harian dan Misa pada Masa Paskah dan Natal, pada perayaan-perayaan Tuhan Yesus ( kecuali peringatan sengsara-Nya ), begitu pula pada Pesta Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus yang bukan martir, pada Hari Raya Semua Orang Kudus ( I November ) dan kelahiran Santo Yohanes Pembaptis ( 24 Juni ), pada Pesta Santo Yohanes Pengarang Injil ( 27 Desember ), Pesta Takhta Santo Petrus Rasul ( 22 Februari ) dan Pesta Bertobatnya Santo Paulus Rasul ( 25 Januari ).

b. Warna merah digunakan pada hari Minggu Palma memperingati Sengsara Tuhan dan pada hari Jumat Agung ; pada hari Minggu Pentakosta, dalam perayaan-perayaan Sengsara Tuhan, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan pada perayaan-perayaan para martir.

c. Warna hijau digunakan dalam Ibadat Harian dan Misa selama Masa Biasa sepanjang tahun.

d. Warna ungu digunakan dalam Masa Adven dan Prapaskah. Tetapi dapat juga digunakan dalam Ibadat Harian dan Misa arwah.
e. Warna hitam dapat digunakan, kalau memang sudah biasa, dalam Misa arwah.

f. Warna jingga dapat digunakan, kalau memang sudah biasa, pada hari Minggu Gaudete ( Minggu Adven III) dan hari Minggu Laetare (Minggu Prapaskah IV).

Konferensi Uskup dapat menentukan perubahan-perubahan yang lebih serasi dengan keperluan dan kekhasan bangsa setempat. Penyerasian-penyerasian itu hendaknya diberitahukan kepada Takhta Apostolik.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »

MEJA ALTAR DARURAT – APAKAH ADA KETENTUANNYA?

Posted by liturgiekaristi on March 21, 2011


Pertanyaan umat :

pada waktu saya dan teman2 mudika mengadakan camping rohani di bumi perkemahan di sarangan, pada waktu akan diadakan misa penutupan, kami akan menggunakan sebuah meja untuk altar, mungkin krna meja itu sudah lama tidak dipergunakan jadi warnanya kusam, dan ada seorang ibu yang bilang kalo meja itu tidak layak digunakan, dan akhirnya kami harus memotong bambu untuk digunakan sebagai meja. pertanyaan saya, apakah ada peraturan tentang layak atau tidaknya sebuah meja untuk altar?terutama bila dalam kondisi seperti yang kami alami?terima kasih

PENCERAHAN DARI Noor Noey Indah

‎”Altar merupakan tempat untuk menghadirkan kurban salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental. Sekaligus altar merupakan meja perjamuan Tuhan, dan dalam Misa umat Allah berhimpun di sekeliling altar untuk mengambil bagian dalam perjam…uan itu. Kecuali itu, altar merupakan juga pusat ucapan syukur yang diselenggarakan dalam Perayaan Ekaristi.” (PUMR 296). 

“Bila perayaan Ekaristi berlangsung di gereja atau kapel, harus digunakan sebuah altar. Bila perayaan Ekaristi berlangsung diluar gereja atau kapel, dapat digunakan meja yang pantas. Tetapi meja itu harus ditutup dengan kain altar dan dilengkapi dg korporale, salib, dan lilin.” (PUMR 297).

smg dpt membantu.
salam.

Tidak ada ukuran baku mengenai Altar. Yang umum adalah meja berbentuk persegi panjang, pilih yang lumayan kokoh dan jangan yang kependekan atau ketinggian.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »

KENAPA SELALU ADA 2 LILIN MENYALA DI MEJA ALTAR?

Posted by liturgiekaristi on March 16, 2011


Pertanyaan umat :

Di atas Altar selalu terpasang 2 lilin menyala. Itu simbol apa ya? Kenapa 2?

PENCERAHAN DARI BAPAK Onggo Lukito

PUMR 117.
Altar harus ditutup dengan sekurang-kurangnya satu helai kain altar berwarna putih. Pada altar atau di dekatnya dipasang sekurang-kurangnya dua lilin bernyala; tetapi boleh juga empat, bahkan enam, khususnya pada hari Minggu dan hari raya wajib. Bila uskup diosesan memimpin Misa di keuskupannya, dipasang tujuh lilin. Di samping itu, hendaknya ada sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib yang dipajang pada altar atau di dekatnya. Boleh juga lilin dan salib yang dihias dengan sosok Kristus tersalib itu dibawa dalam perarakan masuk. Kitab Injil (Evangeliarium ), bukan Buku Bacaan Misa ( Lectionarium ), dapat diletakkan pada altar, kecuali kalau kitab itu dibawa dalam perarakan masuk. 

PUMR 307.
Lilin diperlukan dalam setiap perayaan liturgi untuk menciptakan suasana khidmat dan untuk menunjukkan tingkat kemeriahan perayaan (bdk.no.117). Lilin itu seyogyanya ditaruh di atas atau di sekitar altar, sesuai dengan bentuk altar dan tata ruang panti imam. Semuanya harus ditata secara serasi, dan tidak boleh menghalangi pandangan umat, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di altar atau yang diletakkan di atasnya.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »

SALIB PANCANG DI ALTAR

Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011


Protes umat (yang mendapat pembelajaran Liturgi) atas posisi SALIB PANCANG yang ditempatkan di sebelah kanan samping Meja Altar di panti imam.

” Salib pancang nya,jangan ditaruh disitu dong…
Yang betul menurut pakar liturgi RP. Christophorus Yohanes Harimanto Suryanugraha,OSC salib di yang menghadap umat seharus nya cukup 1,tgl pilih antara salib besar di dinding ,salib pancang ato salib kecil di
altar,maksud nya… adalah menyatukan umat dlm perayaan.Liturgi terkadang bukan karena kebiasaan ,tp lebih pada aturan ,jd jgn merasa sudah benar apa bila dilihat dari perspektif kebiasaan saja.
Sesudah perarakan seharus nya salib pancang di masukan kembali ke sakristi ,itu ideal nya .Logika nya,apa anda pernah melihat salib pancang berdiri tegak di panti imam ketika melihat perayaan ekaristi di
vatikan,yg notabene sudah memiliki salib besar yg menghadap ke umat?”

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ:

Tata ruang panti imam, silahkan lihat apa yang dianjurkan PUMR dan RS (Redemptionis Sacramentum). Ada hal-hal yang disebutkan, bukan digambarkan posisinya.
Contoh: Sudah didiskusikan tentang masing-masing bagian harus dibawakan imam dari mana. Maka Semua tempat itu harus strategis terlihat umat : sedelia, ambo, altar. Ketiganya tidak menyatu, tetapi ada di panti imam.

Salib memang cukup dua, yakni satu yang terlihat untuk umat, dan satu untuk imam – umumnya diletakkan di altar, entah berdiri (kecil) atau tergeletak. Dianjurkan tergeletak, karena imam toh sudah bisa melihat salib itu dan tidak mengganggu pandangan umat ke altar.

Tabernakel yang juga umumnya ada di sekitar panti imam juga diposisikan sedemikian rupa supaya tidak ‘dipantati’ imam dan misdinar.

Itulah perangkat pendukung untuk panti imam. Selebihnya silahkan ditata demi indahnya atau estetikanya. Disebut baik dan memenuhi pedoman (= benar) kalau semua hal tadi ada, tertata, dan membantu seluruh tata perayaan yang berlangsung baik imam maupun umatnya.

NB. Mikrofon sedapat mungkin tidak mengganggu petugas dan pandangan umat. Juga imam dan petugas melatih dengan baik penggunaan mikrofon agar tetap khidmat, tidak perlu ‘mikrofon sentris’, atau setiap kali mau pakai harus test dengan memukul atau mencoba dengan suara (hallo, test, dll). Itu semua diandaikan sudah ditata dan disetting baik oleh petugas. Kalau tidak berfungsi biarkan saja, jangan sibuk ngurusin mikrofon saat sudah jalan.
Maka juga imam dan lektor harusnya berlatih bersuara cukup kuat, agung, dan jelas ditangkap, kendati tanpa sound system.

MASUKAN DARI UMAT AWAM YANG PAHAM LITURGI = KESIMPULAN

Salib pancang tidak perlu di tempatkan di samping altar, karena sudah ada salib besar di belakang (digantung di tembok). Salib pancang dibawa masuk kembali ke sakristi setelah dibawa dalam perarakan.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, 3. Benda Liturgi lainnya, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »

MIMBAR – AMBO dan penggunaannya.

Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011


PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN

Sebutan “ambo” sebenarnya untuk mimbar Sabda. Di mimbar ini semua yang berkaitan dengan Sabda disampaikan, seperti Bacaan (baik oleh Lektor maupun oleh Imam) dari KS, Mazmur dan dan homili.

Kalau ada mimbar lain, entah kembar atau beda, maka itu disebut ‘mimbar atau standar’. Di mimbar inilah disampaikan hal-hal praktis, profan, dan sebagainya, seperti: pengumuman dan sambutan.

NB. Bahkan kalau perlu untuk menjaga dan mengangkat kekudusan altar atau wilayah panti imam, sebaiknya mimbar profan tadi tidak di panti imam, misalnya bisa di bawah altar dipasang agar tinggi supaya umat bisa melihat dengan baik. .

Maksud praktisnya, misalnya kalau suatu saat ada orang yang non katolik dan karena penghormatan orang itu diberi kesempatan memberikan sambutan, dia tidak harus ikut-ikutan baik ke panti imam. Kasus ini bisa terjadi misalnya saat perkawinan, atau saat peresmian sesuatu dan mengundang pejabat setempat.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »

PANTI IMAM DAN PERANGKATNYA

Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011


PANTI IMAM (lihat gambar)

a. Bagian Pembuka sampai Doa Pembuka – dibawakan oleh selebran

utama dari “sedelia” (sede = tempat duduk) imam.

b. Bagian Sabda: (Bacaan, Mazmur, Bait Pengantar Injil, Injil, Homili) sampai

Doa Umat dibawakan di “ambo” (meja Sabda).

c. Bagian Ekaristi: mulai persiapan persembahan sampai komuni, dibawakan di

“altar” (meja persembahan)

d. Bagian Penutup: Doa penutup, Berkat, dan pengutusan dibawakan di

“sedelia” lagi.

PENCERAHAN PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Di panti imam sebenarnya ada dua “meja” berwibawa, yakni Meja Sabda (= ambo) dan Meja Persembahan (= altar).

Maka kalau mau melihat mana sebaiknya yang menjadi ambo dan mana mimbar (= standar) maka lihat dari mana yang paling berwibawa. 🙂

PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR :

Empat pont yg dikemukakan moderator page di atas adalah prinsip yg perlu kita perhatikan dalam pelaksanaan liturgi Misa. Tentunya hal itu sgt penting ketika kita memproses denah dalam sebuah bangunan gereja dan lebih2 ketika merencenakan pembangunan gereja).

Tentunya dalam prakteknya kita sll akan menemukan situasi2 yg khusus spt bangunan gereja dg… See More konstruksi pra-Konsili Vatikan II. Nah intuk hal semacam ini perlulah pertimbangan pastoral yg matang dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyesuaian yg ada…

Pertanyaan umat :

Terkadang aku juga bingung,seharusnya seperti apa yang benar/sesuai dengan TPE? Karena,terkadang Pastor tidak langsung ke altar,tapi ke mimbar mengucap sepatah dua patah kata sambutan awal. Ada lagi yang langsung ke mimbar dan memberi berkat awal sebagai tanda dimulainya Misa Ekaristi. Ada juga yang ke altar,tapi kemudian pada saat pembacaan Injil,berpindah ke mimbar hingga beliau menyampaikan homili masih di mimbar. Hendaknya tata perilaku ini diseragamkan dan disesuaikan dengan TPE yang benar,meskipun terlihatnya hal sepele namun bisa menimbulkan pro kontra pendapat diantara umat.

Trims.

PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR.

RUANG LITURGI: uraian singkat

Gambaran Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah memberi makna bagi Ruang liturgis.

Setelah Konsili Vatikan II, pemahaman ttg Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah begitu kuat dihembuskan. Persekutuan ini membentuk Tubuh Kristus, di mana Kristus sendirilah Kepalanya dan kita (kaum beriman) adalah anggotanya. Nah Gambaran Gereja demikianlah yang hendaknya menjadi penghayatan yg melatarbelakangi penataan dan penggunaan ruang liturgi (tata letak/denah dan pemanfaatannya selama perayaan liturgi khususnya Misa Kudus). Singkatnya, struktur dan denah dari sebuah gedung gereja selayaknya mendukung gambaran gereja dimaksud.

Dengan demikian kehadiran dan letak Altar, mimbar Sabda, mimbar imam (selebran utama), dan bagian-bagian lain seperti mimbar pengumuman dan tempat paduan suara menjadi hal yang penting. Dalam konteks pembahasan kita, pemahaman tentang makna altar, mimbar sabda dan mimbar selebran utama menjadi hal yang penting untuk diingatkan kembali (lih SC 7).

Makna dan penempatan Altar, Mimbar Sabda dan Kursi Selebran Utama.

Altar sebagai tempat korban dan meja perjamuan adalah simbol kehadiran Kristus sendiri baik sebagai korban pendamai maupun sebagai santapan surgawi yang diberikan kepada kita. Sebagai pusat liturgi ekaristi, Altar memang baru digunakan saat persembahan yang mengawali bagian liturgi ekaristi. Sebagai pusat dari spasi perayaan, posisi altar dianjurkan agar sedapat mungkin diletakan pada posisi tengah dan sentral bila dihubungkan dengan posisi tempat duduk umat. Ada dua posisi yg umumnya digunakan, yakni: 1 – posisi altar di depan (panti imam) sementara tempat duduk umat membentuk 2/4 baris, berjejer dari dekat pintu masuk menuju altar. 2 – posisi altar di tengah sementara tempat duduk umat ditata mengelilingi (dg senah berbentuk setengah lingkaran atau berbentuk salib) altar.

Mimbar Sabda berfungsi sebagai tempat Sabda Allah diwartakan. Sebagai tempat Sabda diwartakan, mimbar dibuat secara permanen dan diletakkan pada posisi yang nampak jelas bagi semua subyek yang merayakan. Posisi sedemikian akan mendukung peran sentral dari Sabda bagi umat Allah yang hadir.

Untuk hal-hal seperti pengumuman, latihan, penjelasan, memimpin lagu, dan juga jika mungkin doa umat dan khotbah, perlu disediakan sebuah tempat (mimbar) lain yang berbeda dari mimbar Sabda. Tapi apabila sulit untuk merealisir semuanya secara sempurna, maka doa umat, khotbah dan hal lain yang pantas (altre parole umane) dapat dibawakan dari mimbar Sabda.

Kursi Selebran Utama (imam) adalah tempat liturgis yang menunjuk kepada peran kepemimpinan selebran yang menuntun umat dan memimpin perayaan liturgi. Hendaklah tetap dipinga bahwa sang selebran (imam) yg memimpin perayaan liturgi, bertindak in Persona Cristi (Kepala dan Gembala) dan in Persona Ecclesiae (Tubuh Kristus). Sesuai dengan maknanya penempatan tempat duduk imam haruslah dapat dilihat dari segala sisi ruang gedung gereja, menunjang komunikasi langsung dengan umat. Umumnya kursi selebran ditempatkan pada bagian belakang Altar, dengan posisi agak lebih tinggi, atau pada salah satu sisi dari panti imam, agak sejajar dengan Altar.

Gambaran aplikasi

Sehubungan dengan penggunaan ketiga tempat liturgis diatas dalam perayaan Misa Kudus, maka pada prinsipnya dapatlah dikemukakan secara sgt ringkas sebagai berikut: Fungsi selebran dalam seluruh Ritus Pembukaan dilakukan dari Kursi Selebran. Seluruh tindakan ritual yg berkaitan dengan Liturgi Sabda, dilakukan pada Mimbar Sabda. Seluruh aktifitas ritual yg berkaitan dengan Liturgi Ekaristi, pelaksanaannya ‘terpusat’ pada Altar. Akhirnya Semua tugas selebran yg termasuk dalam Ritus Penutup dilakukan dari Kursi Selebran.

Salam n doa

Pastor Bernard Rahawarin

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Memang pastor setelah berlutut langsung menuju altar – untuk mencium altar ….. lalu (seharusnya) menuju “sedelia” dan (pada saatnya) membuka perayaan Ekaristi dari sana.

Yukkk sekalian latihan mengenal istilah atau nama-nama yang umumnya dipakai dalam kaitan dengan liturgi kita:

Dalam Perayaan Ekaristi biasa :

a. Bagian Pembuka sampai Doa Pembuka – dibawakan oleh selebran utama dari “sedelia” (sede = tempat duduk) imam.

b. Bagian Sabda: (Bacaan, Mazmur, Bait Pengantar Injil, Injil, Homili) sampai Doa Umat dibawakan di “ambo” (meja Sabda).

c. Bagian Ekaristi: mulai persiapan persembahan sampai komuni, dibawakan di “altar” (meja persembahan) … See More

d. Bagian Penutup: Doa penutup, Berkat, dan pengutusan dibawakan di “sedelia” lagi.

Konsekwensinya adalah:

a. Gereja, bagian altar harus disetting atau ditata sedermikian rupa agar hal-hal tadi bisa berjalan dan berfungsi dengan baik, enak, dan membantu semua umat.

b. Sedelia harus strategis sehingga bisa mudah dilihat umat. Di sedelia disediakan standar untuk meletakkan buku TPE dan doa, atau misdinar setiap kali akan melayani imam dengan memegang buku itu sedemikian agar imam bisa mengucapkan bagian Pembuka dan Penutup dengan baik dan benar.

c. Ambo dibuat yang layak dan memadai sebagai ‘meja Sabda’ dan bukan hanya sederhana seperti standar, tetapi sebagai mimbar.

d. Hiasan altar (bunga, pot, dekorasi, dll) tidak mengganggu dan menghalangi pandangan umat ke altar.

PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR.

Seharusnya, sesudah mencium altar imam membuka PE sambil berdiri di depan TEMPAT DUDUKNYA (bdk. PUMR 49-50, 123-124). Di tpt itulah imam berada selama bagian Ritus Pembuka dan Liturgi Sabda.

Namun, di banyak gereja, praktek normatif-ideal itu kurang dikenal. Why? Tak dibiasakan. Alasan praktis, misalnya: sedelia imam tak langsung menghadap umat, tak cukup jumlah pengeras suara yg memadai, lantai tpt sedelia kurang tinggi sehingga imam cenderung ‘tenggelam’ oleh tingginya altar, dst, dst.

Karena itu, di byk gereja, sedelia imam (ketika memimpin Rts Pembuka dan Lit Sabda) dipindahkan ke depan altar.

Ada juga grj yg menyediakan mimbar khusus (utk itu) yg bukan mimbar sabda.

Selain itu ada juga, imam yg memimpin PE sejak ‘Tanda Salib Pembuka’ DARI TENGAH-ALTAR, termasuk mbacakan Injil dan mbawakan homili….

Kalau krn tuntutan alasan praktis (misal, kurangnya pengeras suara), mk praktek ini merupakan minus malum yg pantas dimaklumi. Kalau jg ini terjadi karena imam yg memimpin tsb sudah puluhan tahun imamat dia terbiasa dgn cara tsb (termasuk jg UMAT SETEMPAT sdh puluhan tahun familiar dgn cara itu), mungkin pula ini dapat dimaklumi…. Namun, setiap pihak, imam, dewan paroki dan smua elemen umat DIPANGGIL bukan berdiam, tetapi utk BERJALAN, BERZIARAH, BERALIH, MEMBARUI DIRI sebagaimana Gereja dipanggil untuk senantiasa membarui diri (Ecclesia semper reformanda), tak terkecuali: bidang Liturgi.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, d. BENDA-BENDA LITURGI | 1 Comment »

LAMPU TABERNAKEL

Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011


Topik diskusi :

” Di gereja2 yang ada Tabernakelnya sering ada lampu yang terus bernyala di dekat tabernakel. Apa fungsinya dan apa maknanya? Gimana kalo lampunya mati? Mohon pencerahan .”

BEBERAPA PENDAPAT AWAM

Daniel Pane
Lampu tabernakel menandakan bahwa tabernakel tersebut terisi dengan Sakramen Mahakudus.
Jika lampu tidak menyala hal itu menandakan bahwa tabernakel sedang kosong.
Jika saat tabernakel terisi lampunya mati, maka segeralah dinyalakan, jangan sampai dikira kosong karena lampunya tidak menyala.

Vincent Pamungkas
Ini tradisi dari jaman Yahudi, untuk selalu menyalakan lampu di samping tabernakel (Kel 27:20-21). Ini juga diatur dalam aturan Ritual Romawi, bahwa lampu itu mesti dinyalakan. Lampu ini menandakan bahwa ada tubuh Kristus di dalam tabernakel, dan kalau melihat pintu tabernakel tertutup dan lampu menyala, berarti Yesus ada di sana, maka umat harus … See Moreberlutut pada saat memasuki gereja (di titik terdekat ke tabernakel tsb, yaitu pada saat mau duduk).
Pada waktu tabernakel kosong, seperti Jumat Agung, pintu tabernakel dibuka, dan lampunya dimatikan. Kalau umat melihat pintu tabernakel terbuka, umat tidak boleh berlutut, tapi cukup membungkuk ke arah sana.

@Yboni Mahardana: Tuhan memang ada di mana2, tapi Tuhan hadir secara fisik hanya di dalam hosti (tabernakel/komuni), tidak di mana2. Sebagai katolik kita mesti percaya dan menyembah Tuhan yang hadir dalam bentuk fisiknya ini, dengan postur tubuh dan sikap hati yang tepat. Salam Kristus.

Fx Wahyu Widiastono
yang jadi masalah sebenarnya bukan pada mati ato hidupnya lampu,tapi sebenarnya pada umat bisa ato tidak menghormati hosti suci sebagai tubuh dan darah x’tus sendiri …
sering saya lihat pada saat di gereja, banyak umat yang mau duduk tidak menghormati sakramen terlebih dahulu, padahal lampu tabernakel nyala…..
dan pada saat mau komuni malah … See Morebersenda gurau ato ngobrol dengan teman …..
eh kok jd nglantur sih, sebaiknya seandainya lampu mati (pln) ya dinyalakan lilin di dekat tabernakel ……

Agung Semar
dan katekese untuk ini sepatutnya di beritahukan pada umat.

Posted in 1. Panti Imam - Altar, 3. Benda Liturgi lainnya, d. BENDA-BENDA LITURGI | Leave a Comment »