PERTANYAAN UMAT :
Mohon info dari admin yang benarnya bagaimana : doa SAYA MENGAKU dan TUHAN KASIHANILAH apakah salah satunya dapat ditiadakan? Karena ada salah satu Romo yang melakukan begitu baik ekaristi harian maupun ekaristi hari minggu atau hari besar, makasih ya atas infonya.
PENCERAHAN :
Dari PUMR no 52.Pernyataan tobat selalu disambung dengan Tuhan Kasihanilah, kecuali kalau seruan Tuhan Kasihanilah telah tercantum dalam pernyataan tobat. Sifat Tuhan Kasihanilah ialah berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasihan-Nya. Oleh karena itu, Tuhan Kasihanilah biasanya dilagukan oleh seluruh umat, artinya : silih- berganti oleh umat dan paduan suara atau solis.
Pada umumnya, masing-masing seruan Tuhan Kasihanilah diulang satu kali. Akan tetapi, berhubung dengan bahasa setempat, dengan lagu ataupun sifat pesta, Tuhan Kasihanilah itu boleh diulang-ulang lebih banyak. Kalau Tuhan Kasihanilah dibawakan sebagai bagian pernyataan tobat, setiap aklamasi didahului ayat yang sesuai.
TPE 2005 menyediakan empat Cara Tobat (1-4).
Bedakan pernyataan/seruan tobat dan Tuhan Kasihanilah kami/kyrie eleison. Pernyataan tobat didahului oleh ajakan imam untuk menyesali dan mengakui dosa; menyusul pengakuan dosa secara umum: biasanya dengan doa “saya mengaku…” atau “Allah yang maharahim….” atau juga dengan cara 2 dalam TPE. Kemudian lagu atau seruan “Kyrie eleison”
Bisa juga penggabungan keduanya : seruan tobat dan kyrie eleison. Itulah cara 3 dalam TPE atau seperti dalam buku misa Hari Minggu dan Hari Raya. Hindari membuatnya secara kreatif dari masing2 tanpa ada persetujuan dari otoritas Gereja (uskup). hal ini untuk menghindari kreasi2 yg tidak perlu bahkan cendrung abuse.
Atau juga dengan cara pemercikan air suci sebagai peringatan pembaptisan. Itulah cara 4 dalam TPE. Namun setelah percikan air suci, boleh menyerukan/menyanyikan “Kyrie eleison” : ini sebagai tanda pujian dan hormat kepada Tuhan, Sang Raja.
Konon di dunia Yunani kuno, dimana ungkapan ‘kyrie eleison’ berasal, seruan yang bukan hanya mohon ampun dan belaskasihan, tetapi juga sebagai ungkapan pujian dan hormat untuk menyambut sang raja atau para pembesar kerajaan, sebagai seruan atau ungkapan penyambutan bagi para pembesar sebagai tanda hormat dan pujian.
Pada Misa khusus utk Perkawinan (Ordo Celebrandi Metrimonium, 1991) Ritus Tobat ini ditiadakan.