Dear fans, kami posting kembali tentang “Masa Mistagogi” yang perna dimuat page ini 19 mei 2011.
Masa Mistagogi
Apa itu mistagogi ?
Mistagogi, istilah yang berasal dari bahasa Yunani : mysteri dan gogie. Mysteri disini dalam bahasa Yunani « mysterion », yang artinya « sacramentum » dalam bahasa Latin. Istilah « gogia » masih ada kaitan dengan istilah « pedagogia » yang berarti mengajar, menuntun, membawa masuk. Jadi dapat dikatakan, mistagogi adalah menuntun (dengan pengajaran, pendampingan, bimbingan) para babtisan baru ke dalam mysteri keselamatan yang telah mereka terima dalam sakramen inisiasi kristen.
Masa mistagogi merupakan masa terakhir dari keseluruahan inisiasi kristen :
• Kita tahu bahwa inisiasi kristen itu terrealisasi dalam penerimaan 3 sakramen : babtis-krisma-ekaristi.
• Dan para babtisan baru ini telah menjalani suatu masa yang panjang yang terdiri dari 3 tahap dan 4 masa. Ketiga tahap itu adalah : pelantikan katekumen, pemilihan calon babtis (seleksi) dan upacara inisiasi.
• Sedangkan keempat masa itu adalah : pengenalan iman (evangelisasi), masa katekumenat, masa pemurnian dan penerangan dan masa mistagogi.
Dari sini dapat kita pahami bahwa masa mistagogi merupakan rangkaian dari keseluruhan inisiasi kristen dan menjadi kesimpulannya ; dan sekaligus juga memberi suatu sumber kekuatan baru bagi para babtisan baru untuk menjalani hidup iman sesuai dengan rahmat sakramen-sakramen inisiasi yang telah diterima. Masa mistagogi ini dijalani selama masa Paskah, suatu masa berahmat, masa keselamatan bersama Kristus yang wafat dan bangkit. Maka selama masa Paskah ini dianjurkan untuk mengikuti misa harian, merayakan Ekaristi sebagai sumber kekuatan iman, puncak dan pusat hidup kristiani. Mereka juga mengikuti segala kegiatan di lingkungan/kelompok/kring, ataupun masuk dalam kegiatan kategorial tertentu, dst. Tentu saja ada pengajaran, bimbingan, sharing iman dari apa yang mereka alami sebagai umat baru.
Apa tujuan dari masa mistagogi ?
Istilah bagi mereka yang baru dibabtis adalah « neophytes » artinya babtisan baru, dalam pengertian : iman mereka baru, masih dalam bentuk kuncup, baru tumbuh, belum mekar berbunga…. Maka butuh perawatan, bimbingan untuk menghadirkan pengalaman iman dan buah-buah sakramen yang baru diterima, dan juga agar secara lebih mendalam masuk dalam hidup iman dan misi dari komunitas umat beriman, yakni Gereja.
Dalam Pedoman Umum Katekese no. 89, yang mengacu pada Gereja Perdana di jaman Patristik (jaman Bapa-bapa Gereja) memberikan dua tujuan utama dari katekese mistagogi, yakni : membantu para néophytes untuk menginternalisasikan sakramen-sakramen dalam hidup mereka, dan membimbing mereka masuk (incorpore) dalam komunitas kaum beriman, yakni Gereja (bdk. lima tugas pokok Gereja).
1. Internalisasi sakramen-sakramen meliputi pengalaman iman yang dialami, pengetahuan dan patrisipasi aktif, terlebih dalam Ekaristi kudus. Para babtisan baru mendapatkan suatu pengetahuan yang komplit dan berguna tentang misteri iman yang mereka alami dari buah-buah sakramen yang telah diterima dalam katekese bimbingan kepada mereka. Mereka masih memiliki iman yang baru maka bagaimana sikap hati mereka mendengarkan warta Injil dan hidup lebih intim dengan Sabda Allah. Juga bagaimana mereka masuk dalam persekutuan bersama Roh kudus dan mengalami betapa baiknya Tuhan. Berkaitan dengan tata iman dan tata ibadat (perayaan-perayaan iman) bagaimana hal itu diselarskan sehingga tidak jatuh dalam ritualisme (bdk. Sacramentum Caritas no. 64).
2. Masuk dalam komunitas kristiani mengungkapkan bahwa bukan sekedar masuk dalam suatu kelompok atau group tertentu dan memperkenalkan diri sebagai anggota baru, tetapi lebih dari itu bahwa kita semua sebagai putera-puteri dari satu Allah Bapa yang sama, masuk dalam persekutuan dengan Yesus Kristus, Putera Tunggal Bapa, dan juga masuk dalam persekutuan persaudaraan dengan umat kristiani lainnya, sehingga kita menjadi anggota yang satu dan sama dimana Kristus Yesus menjadi kepalanya (bdk. 1 Korintus 12, 5). Dalam Ekaristi, di Doa Syukur Agung ada suatu ungkapan doa : « … semoga kita dihimpun menjadi satu umat Allah oleh Roh Kudus » (DSA II).
Bagaimana melaksanakan masa mistagogi itu ?
Masa misatagogi berdasarkan pada pengalaman pribadi dan baru dari hidup sakramental dan komuniter dari babtisan baru. Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para babtisan baru, katekis menjawab dan menjelaskannya berdasarkan pengalaman hidup sakramen. Dalam Exortasi Apostolik Sacramentum Caritas no. 64, Paus Benediktus XVI memberikan tiga elemen dasar untuk mistagogi :
1. Pertama-tama, interpretasi ritual harus sesuai dengan peristiwa penyelamatan dan sesuai dengan Tradisi yang dihidupi Gereja. Sesungguhnya Perayaan Ekaristi, dengan kekayaanya yang tak terbatas, mempunyai refrensi yang berkelanjutan pada sejarah keselamatan…
2. Katekese mistagogi juga harus peduli menyajikan makna dari tanda-tanda dan tata gerak yang terkandung dalam ritus, terutama pada perayaan Ekaristi. Suatu tugas yang urgent, mengingat jaman kita sekarang ini dengan segala kemajuan teknologinya, ada resiko kehilangan dan tidak diharagainya tanda dan symbol dan makna yang terkandung di dalamnya. Lebih dari itu, katekese mistagogi harus membangkitkan dan mendidik sensibilitas umat beriman pada bahasa tanda-tanda dan gerak tubuh, yang terhubung dengan kata-kata yang terucapkan, yang membentuk ritual itu.
3. Dan akhirnya, katekese mistagogi harus memperhatikan makna ritual dalam relasinya dengan hidup kristiani dalam seluruh dimensinya, dalam kerja dan aktivitas, dalam pikiran dan emosi, dalam sentimen dan rasa tanggung jawab, … dst. Maka masa mistagogi memberi penekanan pada hubungan antara misteri yang dirayakan (dalam Ekaristi dan perayaan liturgi lainnya) dengan tugas perutusan (misioner) kaum beriman. Maka dalam konteks ini, hasil akhir dari masa mistagogi adalah kesadaran dari diri pribadi bahwa hidupnya diubah oleh mysteri – mysteri kudus yang dirayakan. Bahkan semuanya itu bertujuan untuk melatih kaum beriman untuk hidup sebagai manusia baru dalam iman yang dewasa, yang memungkinkan dia untuk bersaksi dalam harapan iman kristiani yang mengilhaminya.
Dari semua penjelasan di atas dapat kita katakan bahwa masa mistagogi merupakan suatu masa yang penting bagi para babtisan baru untuk menginternalisasikan sakramen-sakramen yang diterima, khususnya Ekaristi kudus dan integrasi mereka masuk dalam komunitas kaum beriman, yakni Gereja (bdk. Ujud-ujud doa umat hari minggu dalam masa Paskah, hampir selalu ada doa untuk para babtisan baru).
Selain itu bagi kita kaum beriman juga merupakan moment yang penting untuk membaharuan diri barsama Kristus yang wafat dan bangkit selama masa Paskah, yang telah kita nyatakan di Malam Paskah (bdk. Pembaharuan janji babtis). Maka Gereja mengajak kita untuk tekun berdoa selama masa Paskah bersama Bunda Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja (bulan Mei, bulan Maria) untuk menantikan kedatangan Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta. Maka dari pernyataan Bapa Suci Benediktus XVI dalam Sacramentum Caritas tersebut di atas, bahwa masa Paskah merupakan masa mistagogi, bukan hanya untuk para babtisan baru, tetapi juga bagi kita semua kaum beriman kristiani, yakni Gereja.
Dalam konteks Tahun Liturgi Gereja, masa Paskah adalah juga masa mistagogi, kita diajak untuk bertekun berdoa bersama Bunda Maria menantikan kedatangan Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta; bahkan di bulan Mei selain sebagai Bulan Maria, secara nasional merupakan Bulan Liturgi Nasional (BULINAS). Kemudian menyusul Hari Raya Tritunggal Mahakudus, HR. Tubuh dan Darah Kristus, Hati Yesus yang mahakudus, yang semuanya merupakan hari raya iman.
Apa saja yang diajarkan ?
Mengenai hal-hal apa saja yang diajarkan (materi, scope, metodologi pembahasan, literatur dll) bagi para babtisan baru, dengan penjelasan di atas tentu banyak hal yang diajarkan, dengan penekanan : internalisasi hidup iman dan sakramen, dan integrasi masuknya babtisan baru dalam komunitas kaum beriman, yakni Gereja. Tentu caranya agak berbeda ketika di masa katekumenat dan ketika mereka sudah dibabtis (babtisan baru). Semua yang didiskusikan dalam page Facebook kita yang tercinta ini juga menjadi bahan pengajaran yang bagus.
Mengenai integrasi masuknya para babtisan baru dalam kominitas Gereja, selain penjelasanan makna dan fungsi Gereja, dll., yang selama ini menjadi bahan pelajaran, bagi saya penting juga diberi penjelasan (dan penekanan) tentang komunitas Gereja terkecil yakni komunitas basis yang berdasarkan lingkup teritorial tertentu : kring/lingkungan/ kelompok/stasi, menyusul paroki dan Gereja Keuskupan (setelah itu baru pengenalan tentang kelompok kategorial). Penjelasan juga meliputi statuta atau pedoman pastoral keuskupan (atau regio) dan aturan keuskupan lainnya, AD/ART paroki yang meliputi sampai kring/lingkungan/stasi.
Salam dan Tuhan memberkati !
-phs-