Syalloom!!!
Kita membicarakan untuk bagaimana menciptakan suasana liturgi YANG KUDUS DAN INDAH, YANG INDAH DAN KUDUS, dimana umat didalam suasana kelayakan dan kekudusan untuk MENYAPA DAN DISAPA ALLAH.
Satu hal yang selama ini membuat saya sebagai seorang Katholik sejak lahir dan dilahirkan didalam keluarga Katholik, yang membuat saya miris, sedih … dan “marah” adalah sikap dan penampilan dari kebanyakan umat Katholik saat menghadiri Misa Kudus pada abad 21 ini. Dan hal ini menurut saya adalah hal yang paling utama untuk menjadi perhatian kita semua sebagai umat Katholik, yang nota bene merupakan jemaat atau gereja “PERDANA” (gereja Kristus), sebelum kita mulai dengan LITURGI GEREJA.
Coba kita lihat dalam setiap Misa, bagaimana penampilan/cara berpakaian umat Katholik kebanyakan yang telah mengalami kemerosotan dalam nilai-nilai tata berbusana yang pantas dan layak untuk hadir pada Perayaan Ekaristi Kudus. Menurut saya, kebanyakan umat Katholik telah menyalah artikan “berpakaian SEDERHANA, LAYAK DAN SOPAN”. Kebanyakan dari kita telah menghilangkan kata “LAYAK DAN SOPAN” dari kata “berpakaian SEDERHANA, LAYAK DAN SOPAN”, sehingga mereka ketika menghadiri Perayaan Ekaristi Kudus, mereka berpakaian “sesederhana mungkin” dengan hanya menggunakan sandal jepit, kaos oblong, yang lebih membuat miris lagi para wanitanya mengenakan celana tigaperempat jauh dibawah pusar bahkan memperlihatkan sebagian pinggul, dan mengenakan blouse/t-shirt yang cekak, sehingga ketika duduk atau membungkuk terlihat celana dalamnya; Mereka berpakaian layaknya hendak piknik ke pantai ancol.
Mereka ini kalau mdikatakan orang tak mampu, tapi turun dari mobil mewah, tapi ketika diundang ke pesta sahabat, kerabat atau relasinya, mereka berpakaian yang sangat sopan, kasual. Apakah umat Katholik sudah tidak ada malunya dihadapan Allah? Sudah tidak menghormati Allah yang mengundang kita ke Pesta Perjamuan KudusNya, dan lebih menghormati manusia yang mengundang kita ke pesta duniawinya?
Saya ingin mengajak semua umat Katholik untuk lebih menghormati undangan dan sapaan Allah kepada kita, supaya Liturgi Perayaan Ekaristi Kudus bisa LEBIH KUDUS DAN INDAH, dan LEBIH INDAH DAN KUDUS. Saya adalah bagian dari Paroki St. Leo Agung, KODAM, Jatiwaringin, Jakarta Timur dimana gereja kami bersebelahan persis dengan gereja HKBP yang jemaatnya sangatlah menghargai undangan Allah dengan memperhatikan kepantasan busana mereka dihadapan Allah, layaknya memenuhi undangan pernikahan sepasang mempelai;
Terus terang saya sangat malu terhadap tetangga kita ini. Jadi saya menghimbau kepada seluruh umat Katholik dimanapun saja, marilah kita berbusana yang tidak perlu mewah, namun sederhana dalam artian yang pantas dan sopan, tidak mengundang pikiran-pikiran nnegative terhadap sesama umat sehingga benar-benar dapat menciptakan suasana LITURGI YANG KUDUS DAN INDAH dan LITURGI YANG INDAH DAN KUDUS. Tuhan memberkati kita semua, Amen.
SHARING2 :
Mardie Simauw. Se7 sekali. Saya juga melihat hal yang sama hampir di setiap gereja Katolik yang saya datangi untuk misa biasa (perkecualian untuk misa pemberkatan pernikahan). Munqnkah gereja membuat peraturan tata busana yang lebih strict bagi umatNya? Apa gak biqn umat lari ke gereja lain?
Hailey Francis Thomas . rsanya nga ada msalah utk gereja lebih tegas ttg hal ini…para pastor seharusnya lebih lantang dlm menghadapi perkara2 sebegini, karena selayaknya Tuhan itu dihormati dan kita sbg umatNya, selayaknya mmberi yg trbaik utk Dia…yakni lewat pakaian, lewat persediaan rohani mahupn jasmani…moga2 kita semua beroleh rahmatNya bila kita tau, menjaga kesopanan itu juga sebagian dri perbuatan iman…
Mila Querra
waduh… kasian kalo Pastor2 di beri pekerjaan tuk mengingatkan umat hanya soal berpakaian….
mungkin lewat warta gereja, lewat lcd, lewat pengumuman.para katekis dan guru agama…yg terpenting adalah kesadaran diri pribadi… kalau ybs tak… mau sadar ya percuma…. tapi baiknya qita mulai dari diri sendiri,dari kel qita, dari teman2 yg qita kenal, dan mereka masing2 jg melakukan yg sama dan begitu seterusnya… lama2 yg berpakaian tidak sopan akan malu sendiri khan? selain qita terus berdoa mohon pimpinan RohNYA agar seluruh umat qita senantiasa di berikan hikmat untuk dapat menunjang liturgi yg kudus dan indah…baik itu dari cara berpakaian maupun dari sikap dalam mengikuti misa….
Warren Athena . marilah kita bersama sama menyadari akan kekudusan, kita akan bertemu Tuhan,jadi hati yang tertuju pada Tuhan,jangan mengundang masalah baru dengan penampilan yang tak pantas,apalagi yang mengundang perhatian. janganlah kita menjadi anak tangga iblis ,terutama menggoda pastur dan hubungan yang tak sehat. .
Ajie Widyantoro Albertus Magnus. Teramati bahwa sekarang ini banyak orang ikut ekaristi hanya sekedar melaksanakan kewajiban, hanya secara fisik tidak secara bathin, jgn terkaget kaget itulah salah satu buah buahnya … mari dalam Ekaristi Kudus kita menjadi umat Allah, bukan sekedar orang yang datang ke gereja …
Ajie Widyantoro Albertus Magnus . Selama baju itu rapi dan sopan tidak perlu dipermasalahkan, yang penting ikut ekaristi itu hatinya, jgn kita merasa mewakili Allah menentukan layak tidaknya seseorang datang kerumahNya, karena Allah itu mahatahu isi hati anak2nya yang datang padaNya …
Yusno Kristio
betul ke Gereja itu hatinya yang paling penting….
tapi tetap harus tenggang rasa dengan yang lain. Soale yang membiarkan orang lain tetap dalam kesalahan itu adalah dosa. kita memiliki tanggung jawab sebagai nabi dan guru. sehingga jika …melihat yang kurang beres bahkkan tidak beres dalah rumah Allah harusnya bertindak sebagaimana mestinya sesuai dengan kehendah Tuhan jangan sekehendak udele dewe. memang perlu diingatkan jika perlu jangan sampai orang tidak bisa membedakan saya mo pergi ke Gereja atao mo shoping bahkan ke pantai… itu namanya kebablasan alias masih jaman adam dan hawa sebelum makan buah pengetahuan yang baik dan benar. lh akita ini kan sudah terkena dosa asal kendati sudah dihapus, tapi eh nyatanya tetap terus sombong tak mau dengat orng lain… lak gitu to.. saudara-saudari…
Maria Cecilia Harjayanti Handoko . Kalau menurut saya yang penting adalah HATI kita, Tuhan tidak melihat/mempedulikan penampilan kita, apakah ada kerinduan di HATI kita untuk BERSATU dengan DIA, datang ke Misa sudah merupakan suatu tanda syukur yang patut kita hargai, masih banyak orang yang belum sadar bahkan untuk meluangkan waktunya mengikuti ekaristi kudus. Hendaknya kita tidak melihat orang hanya dari penampilan luarnya, kita tidak tahu bagaimana HATI-nya, kesadaran setiap orang untuk bertumbuh / berpakaian / berpenampilan berbeda-beda.
Hendrik Jaman . Memang Tuhan melihat hati setiap umat yg datng berdoa di Gereja (menurut anda), nah kalo sebaliknya pelayan (pastor) memakai celana pendek, kaos oblong memimpin misa, apakah anda-anda masih setuju? toh yg penting hatinya pastor!! datang ke pesta duniawi anda-anda memakai baju sopan sampai di gedung para pelayan di sana bajunya rapi dan sangat sopan, nah ke tempat di mana anda diundang khusus oleh Allah hanya memakai baju yg tidak sopan? cekcekcek….
Anton Isdarianto . Bukannya mau sok suci. Tanya diri-sendiri ‘nape? : pantaskah aku di tempat ibadah memakai rok mini yg tingginya 2 jengkal dari dengkul, dan tank top dgn belahan dada begitu rendah? Ini beberapa kali saya lihat di paroki di bilangan Meruya, Jakbar. Mau ke bar atau mau ibadah?
Hery Windcester
Sandal jepit ama kaos oblong its okay, kan gereja ga haruskan utang beli baju utk tampil layak…lama2x keluarga muda bawa “bocah” di protes juga karena rewel bikin ganggu konsentrasi, trus kapan bocah terima kebiasaan iman gereja katolik? …kapan bisa kasih ruang untuk bocah? tunggu ortunya berantem krn sibuk karir dan ketika bocah tumbuh layak ke gereja? anda bandingkan HKBP jangan yg di deket gereja anda dong coba liat lainnya sama kaya pesta Duniawi juga, parkirnya aja ganggu ketertiban warga…Come on Tuhan gak JUDGE umatnya From teh cover…cara antisipasi biar konsen…datang setengah jam sebelum misa berdoa pribadi mempersiapkan hati dan saya yakin hati anda gak akan menjerit tertekan karena yg anda sambut adalah Tuhan bukan kehadiran orang lain disamping anda Semoga bermanfaat Berkah dalem
Musryanto Andhika. Saya kira tidak ada salahnya kalau gereja katolik di Indonesia mulai berbenah tentang pakaian. saya pernah melihat salah satu gereja di luar Indonesia didepan pintunya terpampang “sign” laragan pakai celana pendek, topi/pet, singlet/, bukan pakaian yang miskin dan bau.
Albert Thian . Menarik, sedikit-sedikit argumen yang diajukan adalah “hati”, dan “hati”. Jangan sampai argumen “hati” tersebut justru menjadi sandungan bagi mereka yang hendak mengenal lebih dalam pada perayaan Ekaristi. Mereka yang berpenampilan apa adanya (baca: minim baju, alias tidak sopan), dengan argumennya “hati”, membuat orang menjadi enggan ke Ekaristi karena penampilan mereka yang tidak mencerminkan “hati” tersebut.
PENCERAHAN DARI PASTOR Yohanes Samiran
Karena Misa kudus adalah perayaan jemaat, maka sekalipun kita bisa berargumen bahwa Tuhan tidak memandang penampilan lahiriah orang, tetapi melihat hatinya; namun harap disadari bahwa kita juga perlu menjaga kenyamanan dan membantu suasana …doa jemaat.
Kalau kehadiran kita dengan pakaian yang tidak lazim itu mengganggu (banyak) umat saya kira kita harus berpikir ulang tentang pakaian dan penampilan kita.
Jadi mengganggu di sini bisa karena pakaian, kebersihan badan, penampilan kita, dlsb.
NB. Hal “sopan” dan tidak dalam soal pakaian memang bisa diperdebatkan, tetapi ada standar sederhana bahwa sesuatu adalah sopan kalau lazim dan pada tempatnya.
Contoh memakai pakaian renang yang cuma 2 potong itu adalah sopan untuk di kolam renang dan pantai, dan malahan tidak sopan orang renang dengan pantalon yang lengkap dengan jas dan dasinya.
Maka setiap pakaian dirancang dan dibuat untuk lingkungan tertentu dan keperluan tertentu.
Masuk Basilika Santo Petrus (San Pietro) Vatikan, hanya untuk sight seeing, lihat sebagai turis, saat tidak ada Misa pun, dilarang memakai celana pendek, pakaian tanpa lengan, dan sejenisnya yang dikategorikan pakaian santai atau semacam it…u. Akibatnya kadang ada yang harus pinjam rok atau kain temannya dll.
Saya kira kita juga mengerti Tuhan yang di Basilika dan yang di gereja kita itu sama. Basilika itu ‘rumah Tuhan’ dan gereja kita juga ‘rumah Tuhan’.
Akhirnya, konon nenek bilang: kalau mau (= menginginkan) dihormati orang lain, berlakulah hormat, jaga diri secara terhormat, dan hormati orang lain juga. 🙂