Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

  • Majalah Liturgi KWI

  • Kalender Liturgi

  • Music Liturgi

  • Visitor

    free counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    Free Hit Counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    free statistics

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    hit counters



    widget flash

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    web page counter

  • Subscribe

  • Blog Stats

    • 1,255,622 hits
  • Kitab Hukum Kanonik, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Suci, Alkitab, Pengantar Kitab Suci, Pendalaman Alkitab, Katekismus, Jadwal Misa, Kanon Alkitab, Deuterokanonika, Alkitab Online, Kitab Suci Katolik, Agamakatolik, Gereja Katolik, Ekaristi, Pantang, Puasa, Devosi, Doa, Novena, Tuhan, Roh Kudus, Yesus, Yesus Kristus, Bunda Maria, Paus, Bapa Suci, Vatikan, Katolik, Ibadah, Audio Kitab Suci, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Tempat Bersejarah, Peta Kitabsuci, Peta Alkitab, Puji, Syukur, Protestan, Dokumen, Omk, Orang Muda Katolik, Mudika, Kki, Iman, Santo, Santa, Santo Dan Santa, Jadwal Misa, Jadwal Misa Regio Sumatera, Jadwal Misa Regio Jawa, Jadwal Misa Regio Ntt, Jadwal Misa Regio Nusa Tenggara Timur, Jadwal Misa Regio Kalimantan, Jadwal Misa Regio Sulawesi, Jadwal Misa Regio Papua, Jadwal Misa Keuskupan, Jadwal Misa Keuskupan Agung, Jadwal Misa Keuskupan Surfagan, Kaj, Kas, Romo, Uskup, Rosario, Pengalaman Iman, Biarawan, Biarawati, Hari, Minggu Palma, Paskah, Adven, Rabu Abu, Pentekosta, Sabtu Suci, Kamis Putih, Kudus, Malaikat, Natal, Mukjizat, Novena, Hati, Kudus, Api Penyucian, Api, Penyucian, Purgatory, Aplogetik, Apologetik Bunda Maria, Aplogetik Kitab Suci, Aplogetik Api Penyucian, Sakramen, Sakramen Krisma, Sakramen Baptis, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Ekaristi, Sakramen Perminyakan, Sakramen Tobat, Liturgy, Kalender Liturgi, Calendar Liturgi, Tpe 2005, Tpe, Tata Perayaan Ekaristi, Dosa, Dosa Ringan, Dosa Berat, Silsilah Yesus, Pengenalan Akan Allah, Allah Tritunggal, Trinitas, Satu, Kudus, Katolik, Apostolik, Artai Kata Liturgi, Tata Kata Liturgi, Busana Liturgi, Piranti Liturgi, Bunga Liturgi, Kristiani, Katekese, Katekese Umat, Katekese Lingkungan, Bina Iman Anak, Bina Iman Remaja, Kwi, Iman, Pengharapan, Kasih, Musik Liturgi, Doktrin, Dogma, Katholik, Ortodoks, Catholic, Christian, Christ, Jesus, Mary, Church, Eucharist, Evangelisasi, Allah, Bapa, Putra, Roh Kudus, Injil, Surga, Tuhan, Yubileum, Misa, Martir, Agama, Roma, Beata, Beato, Sacrament, Music Liturgy, Liturgy, Apology, Liturgical Calendar, Liturgical, Pope, Hierarki, Dasar Iman Katolik, Credo, Syahadat, Syahadat Para Rasul, Syahadat Nicea Konstantinople, Konsili Vatikan II, Konsili Ekumenis, Ensiklik, Esniklik Pope, Latter Pope, Orangkudus, Sadar Lirutgi

Archive for the ‘3. Bagian Persembahan’ Category

KOLEKTE – kenapa selalu ada dalam Perayaan Ekaristi?

Posted by liturgiekaristi on June 22, 2011


“Mengapa di dalam setiap perayaan Ekaristi (hampir selalu) ada bagian pengumpulan Kolekte.. Apa maksud kolekte ini dalam rangkaian tata liturgi, dan mengapa umat ’harus’ sibuk soal uang pada waktu ingin berdoa dengan khusyuk, apakah tidak ada waktu lain di luar Ekaristi untuk urusan mengumpulkan uang kolekte?” Mari sharing…

Agus Syawal Yudhistira

Lebih tepatnya, ini masalah kebiasaan saja. Kolekte bisa dikumpulkan bahkan sebelum Misa mulai. Misal, umat datang langsung masukan uang ke kantong kolekte di pintu Gereja.
Di tempat lain, macam Korea, saat kolekte umat berarak maju memasuk…kan uang ke tempat yang disediakan, mirip komuni. Jadi bukan kantongnya yang diedarkan, umatnya yang berarak seperti komuni memberikan uang.

Kolekte tidak wajib dibawa ke imam untuk diserahterimakan pada saat persembahan.

Perlambangan hasil karya dan seluruh pemberian diri umat adalah roti dan anggur.

Agus Syawal Yudhistira Pertanyaannya, lebih baik diletakkan di mana momen pengumpulannya. Kalau Gerejanya besar, umatnya banyak, kolektenya menyita waktu banyak sehingga seolah ada masa “reses” selama persembahan, maka lebih baik posisi pengumpulannya dipindahkan ke waktu lain: Sebelum atau sesudah Misa. Karena sesuai PUMR, toh membawa kolekte untuk mengiringi roti dan anggur adalah opsional, tidak wajib.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

KOLEKTE – APA MAKSUDNYA DALAM RANGKAIAN TATA LITURGI?

Posted by liturgiekaristi on May 31, 2011


“Mengapa di dalam setiap perayaan Ekaristi (hampir selalu) ada bagian pengumpulan Kolekte.. Apa maksud kolekte ini dalam rangkaian tata liturgi, dan mengapa umat ’harus’ sibuk soal uang pada waktu ingin berdoa dengan khusyuk, apakah tidak ada waktu lain di luar Ekaristi untuk urusan mengumpulkan uang kolekte?” Mari sharing…

SHARING UMAT :

Benedicta Susy Kolekte adalah bagian dr persembahan yg merupakan ungkapan syukur atas berkat yg sdh kita terima. Sama sekali tdk mengganggu krn dilakukan pd saat jeda ketika imam jg sedang mempersiapkan altar utk masuk ke doa syukur agung dan biasanya hanya diisi dg lagu persembahan. Tidak akan merepotkan bila uang kolekte telah disiapkan dari rmh.

Yudha Adrian KGK 1531: “Sejak awal, umat Kristen membawa, di samping roti dan anggur untuk Ekaristi, juga sumbangan untuk membantu orang yang memerlukannya. Kebiasaan kolekte ini digerakkan oleh contoh Kristus, yang menjadi miskin untuk menjadikan kita kaya.” Kolekte sudah menjadi tradisi sejak jaman jemaat perdana, jadi sudah tugas kita melestarikan tradisi ini.

PENCERAHAN :

Agus Syawal Yudhistira

Lebih tepatnya, ini masalah kebiasaan saja. Kolekte bisa dikumpulkan bahkan sebelum Misa mulai. Misal, umat datang langsung masukan uang ke kantong kolekte di pintu Gereja.
Di tempat lain, macam Korea, saat kolekte umat berarak maju memasuk…kan uang ke tempat yang disediakan, mirip komuni. Jadi bukan kantongnya yang diedarkan, umatnya yang berarak seperti komuni memberikan uang.

Kolekte tidak wajib dibawa ke imam untuk diserahterimakan pada saat persembahan.

Perlambangan hasil karya dan seluruh pemberian diri umat adalah roti dan anggur.

Pertanyaannya, lebih baik diletakkan di mana momen pengumpulannya. Kalau Gerejanya besar, umatnya banyak, kolektenya menyita waktu banyak sehingga seolah ada masa “reses” selama persembahan, maka lebih baik posisi pengumpulannya dipindahkan ke waktu lain: Sebelum atau sesudah Misa. Karena sesuai PUMR, toh membawa kolekte untuk mengiringi roti dan anggur adalah opsional, tidak wajib.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PERARAKAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on May 12, 2011


Sharing umat :
Rickie Winarta
dibanyak paroki masih mempersoalkan antara lain : dalam persembahan ada lilin yg bernyala, dan persembahan diiringi tari2an balerina, lalu lagu2nya juga diambil dari lagu yg bukan dari puji syukur, sesudah imam terima persemba…han terus imam…nya memberikan berkat dengan tanda salib seperti saat pemberkatan penutup, nah lhooo apalagi nih ??? boleh ga ya ?? kalau ga boleh, terus menerangkannya harus bgmn tuh?? umatnya susahhh banget hehheeheh…. thanks atas pencerahannya

Teresa Subaryani Dhs lagu liturgis bisa saja diambil dari tempat lain, tidak harus mutlak hanya dari buku Puji Syukur. Yang perlu diperhatikan apakah lagu tersebut lagu liturgis atau hanya sekedar lagu rohani.

Johanes Ogenk Jbso

klo untuk musik/lagu, kita hendaknya mengacu pada :

SC art. 112 : “Musik Liturgi semakin suci, bila semakin erat berhubungan dengan upacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, entah dengan memupuk kesatuan hati, …entah dengan memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak.”

PUMR no. 74 “Nyanyian Perarakan perrsembahan tujuannya untuk mengiringi perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian

jadi tidak masalah apakah lagi itu diambil dari PS atau tidak selama lagu tersebut memiliki bobot liturgi…PS bukan standar tetap pemilihan lagu dalam Ekaristi, masih ada bnyk sumber lainnya bisa dari Buku Biru, Madah bakti dll, bahkan setiap paroki biasanya memliki buku nyanyian suplemen selain PS

untuk masalah lagu, saya pernah tulis soal ini di http://belajarliturgi.blogspot.com/2011/03/musik-dalam-liturgi.html mungkin bisa memberi gambaran seperti apa lagu dalam ekaristi…
Berkah Shalem

Johanes Ogenk Jbso

Sejauh yg saya tahu, wkt pembekalan awal sosialisasi TPE oleh Rm C. harimanto dan Rm Boli Udjan, Lilin dalam perarakan persembahan tidak ada maknanya sama sekali, karena di altar sudah ada lilin yang dinyalakan sejak misa mulai (lilin yg me…nyala ini sudah terberkati seiring misa berjalan) dan Imam memberi berkat pada petugas perarakan Ini sama sekali tidak perlu.
Berkat untuk public / jemaat hanya diberikan pada akhir Misa. Pemberian berkat pada saat ini dapat disalahartikan sebagai tanda pengistimewaan para peserta perarakan itu. Hal ini justru harus dihindari dalam Misa Kudus.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

Tentang ajakan “MARILAH KITA BERDOA” dan DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN.

Posted by liturgiekaristi on April 7, 2011


Tentang ajakan “MARILAH KITA BERDOA” dan DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN.

 

‎1) Seturut TPE 2005, lebih tepat menyebut DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN bukan Doa Persembahan. Mengapa? Karena persembahan yang sesungguhnya BELUM TERJADI ketia doa tersebut dibawakan. Tetapi, baru terjadi ketika keseluruhan rangkaian Doa Syukur Agung diserukan.

(Catatan tambahan: seturut TPE 2005, penggunaan istilah-istilah teknis sebaiknya diperhatikan: DOA PEMBUKA bukan ‘Doa Pembukaan’; DOA SESUDAH KOMUNI bukan ‘Doa Penutup’; MARILAH KITA BERDOA bukan ‘Marilah Berdoa’).

 

2) Seturut TPE 2005, pada ”Doa Persiapan Persembahan” imam TIDAK PERLU LAGI MENGAJAK umat dengan ‘Marilah KITA Berdoa’ sebagaimana halnya pada Doa Pembuka dan Doa Sesudah Komuni.

(Catatan: Dalam Perayaan Ekaristi tidak dikenal Doa Penutup, tetapi ‘Doa Sesudah Komuni’. Karena doa tsb ada dalam kesatuan dengan Liturgi Ekaristi bagian Komuni, bukan dengan Ritus Penutup).

 

3) Doa Persiapan Persembahan: TIDAK ADA-nya ajakan ‘Marilah Kita Berdoa’ tersebut terjadi karena sudah ada AJAKAN YANG LEBIH MERIAH oleh imam: ‘Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahan-KU dan persembahan-MU BERKENAN kepada Allah, Bapa yang maha kuasa.’

Lalu SAMBIL BERDIRI umat menanggapinya dengan: ‘Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus’.

 

4) Seturut ‘rubrik’ dalam TPE 2005, SESUDAH tanggapan umat tersebut, imam LANGSUNG mengucapkan/menyanyikan Doa Persiapan Persembahan.

(Catatan: khusus pada Doa Pembuka dan Doa Sesudah Komuni, imam HARUS mengucapkan ‘Marilah Kita Berdoa’).

 

5) Jangan lupa. UMAT BERDIRI ketika menyerukan: SEMOGA PERSEMBAHAN INI DITERIMA DEMI KEMULIAAN TUHAN DAN KESELAMATAN KITA SERTA SELURUH UMAT ALLAH YANG KUDUS.

 

6) Jadi, ajakan ‘Marilah Kita Berdoa’ pada Doa Persiapan Persembahan menjadi TIDAK RELEVAN lagi. Kalaupun dibuat, maka ajakan itu menjadi overlapping yang memang TIDAK PERLU.

(Meskipun demikian, bila ada imam yang masih tetap memakai ‘marilah kita berdoa’ Perayaan Ekaristi tersebut tetap sah.

Umat tidak serta-merta masuk neraka hanya karena selebran utama menggunakan ajakan tersebut. Hehehe).

 

7) PUMR 146: ”Kemudian imam kembali ke tengah, dan menghadap ke arah umat. Sambil membuka tangan ia mengajak umat berdoa: ‘Berdoalah, Saudara-saudari,…’ Umat berdiri dan menanggapi ajakan imam dengan berdoa: ‘Semoga persembahan ini…’ Sesudah itu, sambil merentangkan tangan imam membawakan Doa Persiapan Persembahan yang ditutup oleh umat dengan seruan: ‘Amin’.”

 

 

Semoga bermanfaat

Salam, Zepto-Triffon

Sorong

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PUMR 73 : KAITANNYA DENGAN BAHAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 16, 2011


“Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar. Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi…. Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur….” (PUMR 73)

10,968 Impressions (Raw number of times this story has been seen on your Wall and in the News Feed of your Fans)

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Selengkapnya PUMR 73 : 

Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar.

Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi. Pada altar dita…ta korporale, purifikatorium, Misale, dan piala, kecuali kalau piala disiapkan di meja – samping.

Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur, lalu diterima oleh imam atau diakon dan diletakkan di atas altar. Meskipun sekarang roti dan anggur tidak disediakan sendiri oleh umat seperti pada zaman dulu, namun ritus mengantar persembahan ini tetap mengandung arti dan nilai rohani yang sama.

Pada saat ini diterima juga uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja. Semua ini tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Dari PUMR 73 bisa dilihat beberapa poin: 

1. Ternyata ada urutan persiapan persembahan: PERTAMA disiapkan altar, LALU bahan persembahan dibawa ke altar. Di banyak gereja paroki urutannya terbalik: bahan persembahan dibawa ke altar, baru kemud…ian altar disiapkan.

2. Yang dibawa dalam perarakan persembahan adalah roti dan anggur, sedangkan piala berikut perlengkapannya sudah disiapkan terlebih dahulu di altar atau meja samping.

3. Roti dan anggur yang diantar ini punya arti rohani sebagai persembahan umat walaupun disiapkan oleh koster. Maka prosesi mengantar bahan persembahan hendaknya dapat menunjukkan arti rohani itu.

4. Selain roti dang anggur juga diterima uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, namun tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PUMR 74 : BERKAITAN DENGAN NYANYIAN MENGIRINGI PERARAKAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 15, 2011


“Perarakan mengantar bahan persembahan ke altar sebaiknya diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan. Nyanyian itu berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan tertata di atas altar. Untuk nyanyian persiapan persembahan berlaku petunjuk yang sama seperti nyanyian pembuka, di atas. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian.” (PUMR 74)

PERTANYAAN DARI :

Claudius Haryo Apakah nyanyian persiapan persembahan boleh sampai sebelum Doa Persembahan? Sebelum doa ini kan ada doa yg jawabannya ‘Terpujilah Allah selama-lamanya’. Seringkali imam mendoakan ini saat nyanyian belum selesai.

Elmi Wiarti ‎..tanya: apa sajakah yg dimaksud dng “bahan2 persembahan” itu?

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

‎@Claudius Haryo: Doa dengan jawaban “Terpujilah Allah selama-lamanya” itu memang boleh didaraskan imam dengan suara pelan jika lagu persiapan persembahan belum selesai. Kalau pada saat itu lagunya sudah selesai, imam dapat mendaraskan lebih keras dengan jawaban umat tersebut. 

Jadi memang nyanyian persiapan persembahan paling cepat selesai pada saat bahan persembahan diantar ke altar (sesuai fungsi nyanyian), dan paling lama selesai ketika bahan persembahan sudah siap di altar atau sebelum “Berdoalah saudara-saudari supaya persembahanku dst…”

@Elmi Wiarti: Bahan persembahan adalah roti dan anggur.

KOMENTAR Noor Noey Indah

pedoman ini (PUMR 74) sangat jelas, tp tak jarang lagu persembahan tetap dinyanyikan walau bahan persembahan sdh tertata rapi di altar dan perarakan sudah selesai, krn perarakan bhn persb diarak dg tarian dan lagu persiapan persembahan dinyanyikan “dg paksa” setelah prosesi tarian selesai.. umat tak sempat menjawab doa spt yg sdr Claudius Haryo sampaikan diatas.. jg tak ada saat hening.. 

*mari, menjadi benar dijalan yg benar.

*Admin.. maaf..

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PUMR 75 : BERKAITAN DENGAN PENDUPAAN BAHAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 15, 2011


“Roti dan anggur disiapkan di altar oleh imam sambil mengucapkan rumus-rumus yang telah ditentukan. Imam dapat mendupai bahan persembahan yang telah disiapkan di atas altar; kemudian imam juga mendupai salib dan altar sendiri. Pendupaan itu melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kumpulan asap dupa. ” (PUMR 75)

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Selengkapnya PUMR 75:
“Roti dan anggur disiapkan di altar oleh imam sambil mengucapkan rumus-rumus yang telah ditentukan. Imam dapat mendupai bahan persembahan yang telah disiapkan di atas altar; kemudian imam juga mendupai salib dan altar sendiri. Pendupaan itu melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kumpulan asap dupa. Sesudah itu, imam dan umat pun dapat didupai oleh diakon atau pelayan lain; imam didupai karena pelayan kudus yang ia sandang, umat didupai karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan.”
PUMR 76:
“Setelah itu imam membasuh tangannya di sisi altar. Ritus ini melambangkan bahwa ia menginginkan hati yang bersih.”

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PUMR 77 : DALAM KAITANNYA DENGAN DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 15, 2011


“Bila bahan persembahan itu sudah di tata di altar dan semua acara yang mengiringinya sudah dilaksanakan, maka imam mengundang jemaat berdoa. Lalu bagian persiapan diakhiri oleh imam dengan doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada Doa Syukur Agung.” (PUMR 77).

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Selengkapnya PUMR 77: 

“Bila bahan persembahan itu sudah di tata di altar dan semua acara yang mengiringinya sudah dilaksanakan, maka imam mengundang jemaat berdoa. Lalu bagian persiapan diakhiri oleh imam dengan doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada Doa Syukur Agung.

Dalam Misa hanya ada satu doa persiapan persembahan. Doa persiapan persembahan selalu diakhiri dengan penutup singkat, yaitu:

Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

Kalau Putra di sebut pada akhir doa:

Yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.”

Pada mulanya, bagian awal Liturgi Ekaristi ini hanya merupakan kesempatan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipersembahkan pada Doa Syukur Agung (DSA). 

Konsili Vatikan II menegaskan bahwa bagian ini merupakan “upacara persiapan persembahan…”; persembahan sendiri baru dilaksanakan pada DSA.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan persembahan:

1. Menyiapkan Meja Perjamuan
Sebelum bahan-bahan persembahan diantar ke depan, meja perjamuan Tuhan harus disiapkan. Para pelayan altar, diakon, menyiapkan altar, bejana-bejana untuk anggur dan roti serta buku. Hendaknya dihindari penempatan barang-barang lain yang dapat menimbulkan gangguan pada meja ekaristi atau menghalangi pandangan umat (misalnya bunga yang berlebihan).

2. Kolekte
Kolekte melambangkan partisipasi umat dalam kurban dan menyatakan tanggung jawabnya terhadap keperluan ibadat, keperluan umat, dan keperluan-keperluan sosial. Jumlah petugas kolekte harus cukup banyak, agar pengumpulan kolekte tidak makan terlalu banyak waktu. Hendaknya diusahakan supaya para petugas dipilih dari kalangan umat yang terhormat, yang selalu siap pada waktunya, berpakaian bersih, cermat dan jujur (Pedoman Pastoral Untuk Liturgi – PPUL 35). Sangat dianjurkan supaya jemaat, termasuk juga para pelayan liturgi, turut berpartisipasi dalam memberikan kolekte.

3. Pengantaran Bahan Persembahan
Pengantaran bahan persembahan dilaksanakan secara sederhana, tidak dengan upacara yang semarak, sebab acara ini barulah persiapan perjamuan. Sangat dianjurkan agar beberapa umat turut dilibatkan. Dalam perarakan ini dibawa terutama barang-barang yang akan dipersembahkan dalam Doa Syukur Agung. Kolekte hendaknya tidak diletakkan di atas meja altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas (PUMR 73; PPUL 35).

4. Doa Imam pada Saat Persiapan Persembahan
Doa yang diucapkan imam atas roti dan anggur berbentuk berakha Yahudi, yaitu doa pujian kepada Allah, karena karya-Nya yang agung dan luhur. Doa ini adalah doa pribadi imam dan mengungkapkan sumber, arti, dan tujuan dari bahan persembahan. Allah dipuji karena memberikan kepada umat semua yang mereka perlukan untuk hidup jasmani dan rohani.

5. Mendupai Bahan Persembahan
Pendupaan melambangkan persembahan kurban kepada Allah yang Esa. Pada saat kurban dipersembahkan, juga dipanjatkan doa kepada Allah. Maka pendupaan juga melambangkan doa yang dipanjatkan kepada Allah. “Semoga doaku membubung ke hadapan-Mu bagaikan dupa, semoga tangan yang kutadahkan Kau terima bagaikan kurban petang” (Mzm 140:2). Di samping itu gumpalan asap dupa yang menyerupai awan menandakan kehadiran Tuhan, seperti dialami bangsa Israel dalam perjalanan melintasi gurun menuju Tanah Terjanji (Kel. 13:21;33:8-11). Melalui asap dupa yang harum mewangi, manusia dapat mengalami kehadiran Allah, menjumpai-Nya, dan menghormati-Nya. Dalam kaitan ini, Pedoman Umum Misale Romawi mengatakan bahwa pendupaan merupakan lambang persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadapan hadirat Allah seperti asap dupa (PUMR 75)

6. Pembasuhan Tangan Imam
Di zaman Gereja Awal, dalam persiapan persembahan ini, di samping roti dan anggur, orang sering membawa juga buah-buah pertama dari kebunnya. Karena itu, tangan imam menjadi kotor, sehingga perlu dibasuh.
Kegiatan membasuh tangan bisa dilakukan, kalau perlu, terutama kalau ada pendupaan. Dapat juga “pembasuhan tangan” ditangguhkan sampai sebelum imam membagikan sakramen Ekaristi.

7. Ajakan Berdoa don Doa Persiapan Persembahan
Sesudah roti dan anggur diletakkan di atas altar, imam mengajak/menyuruh umat berdoa: “Supaya persembahan kita diterima oleh Allah, Bapa yang Mahakuasa.” Sesudah jemaat berdoa bersama, imam mengucap doa presidensial, yakni “Doa Persiapan Persembahan”.
Doa Persiapan Persembahan mengakhiri bagian persiapan persembahan dan menghubungkannya dengan DSA.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PUMR 79F : DALAM KAITANNYA DENGAN PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 15, 2011


“Persembahan. Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, … mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. … supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri. Maka melalui Kristus, … dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua.” (PUMR 79f)

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Selengkapnya PUMR 79f: 

“Persembahan. Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, terutama Gereja yang sekarang sedang berkumpul, mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. Maksud Gereja ialah, supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri. Maka melalui Kristus, Sang pengantara, dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua. ”

=======================

Gereja Timur menamakan Doa Syukur Agung Anaphora. Nama itu berarti persembahan. Nama ini terkait erat dengan persiapan persembahan yang dilaksanakan pada awal Liturgi Ekaristi. Di sana bahan dipersiapkan, dalam Doa Syukur Agung ini bahan dipersembahkan. Anaphora mempunyai kaitan erat dengan anamnesis atau kenangan akan kurban Yesus Kristus. Kristus sebagai Kepala Gereja membawa kurban yang menghidupkan, menyelamatkan dan menguduskan, yakni Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Umat sebagai anggota Tubuh mengambil bagian dalam kurban Yesus yang sama, tunggal dan tak terulang. Dari Yesus Kristus inilah umat belajar tanpa henti mengurbankan diri kepada Allah serta mempersembahkan apa yang ada padanya untuk keselamatan sesama manusia.

Dengan menyerahkan kehendak dan seluruh karya kepada Allah, umat mempersembahkan segala-galanya kepada Allah melalui Kristus. Dengan jalan ini umat beriman dapat membangun kerajaan Allah di atas bumi, suatu kerajaan damai, penuh keadilan dan cinta kasih.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

MENGENAI AJAKAN “MARILAH BERDOA” PADA DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 15, 2011


Tentang ajakan ‘MARILAH KITA BERDOA’ pada ‘Doa Persiapan Persembahan’.

PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO

‎1) Seturut TPE 2005, lebih tepat menyebut DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN bukan Doa Persembahan. Mengapa? Karena persembahan yang sesungguhnya BELUM TERJADI ketia doa tersebut dibawakan. Tetapi, baru terjadi ketika keseluruhan rangkaian Doa Syuk…ur Agung diserukan.
(Catatan tambahan: seturut TPE 2005, penggunaan istilah2 teknis sebaiknya diperhatikan: DOA PEMBUKA bukan Doa Pembukaan; DOA SESUDAH KOMUNI bukan Doa Penutup;
MARILAH KITA BERDOA bukan Marilah Berdoa). 

2) Seturut TPE 2005, pada ”Doa Persiapan Persembahan” imam TIDAK PERLU LAGI MENGAJAK umat dengan ‘Marilah KITA Berdoa’ sebagaimana halnya pada Doa Pembuka dan Doa Sesudah Komuni.
(Catatan: Dalam Perayaan Ekaristi tidak dikenal Doa Penutup, tetapi ‘Doa Sesudah Komuni’. Karena doa tsb ada dalam kesatuan dengan Liturgi Ekaristi bagian Komuni, bukan dengan Ritus Penutup).

3) Doa Persiapan Persembahan: TIDAK ADA-nya ajakan ‘Marilah Kita Berdoa’ tersebut terjadi karena sudah ada AJAKAN YANG LEBIH MERIAH oleh imam: ‘Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahan-KU dan persembahan-MU BERKENAN kepada Allah, Bapa yang maha kuasa.’
Lalu SAMBIL BERDIRI umat menanggapinya dengan: ‘Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus’.

4) Seturut ‘rubrik’ dalam TPE 2005, SESUDAH tanggapan umat tersebut, imam LANGSUNG mengucapkan/menyanyikan Doa Persiapan Persembahan.
(Catatan: khusus pada Doa Pembuka dan Doa Sesudah Komuni, imam ‘harus’ mengucapkan Marilah Kita Berdoa).

5) Jangan lupa. UMAT BERDIRI ketika menyerukan: SEMOGA PERSEMBAHAN INI DITERIMA DEMI KEMULIAAN TUHAN DAN KESELAMATAN KITA SERTA SELURUH UMAT ALLAH YANG KUDUS.

6) Jadi, ajakan ‘Marilah Kita Berdoa’ pada Doa Persiapan Persembahan menjadi TIDAK RELEVAN lagi. Kalaupun dibuat, maka ajakan itu menjadi overlapping yang memang TIDAK PERLU.
(Meskipun demikian, bila ada imam yang masih tetap memakai ‘marilah kita berdoa’ Perayaan Ekaristi tersebut tetap sah.
Umat tidak serta-merta masuk neraka hanya karena imamnya menggunakan ajakan tersebut. Hehehe).

7) PUMR 146: ”Kemudian imam kembali ke tengah, dan menghadap ke arah umat. Sambil membuka tangan ia mengajak umat berdoa: ‘Berdoalah, Saudara-saudari,…’ Umat berdiri dan menanggapi ajakan imam dengan berdoa: ‘Semoga persembahan ini…’ Sesudah itu, sambil merentangkan tangan imam membawakan Doa Persiapan Persembahan yang ditutup oleh umat dengan seruan: ‘Amin’.”

Semoga bermanfaat
Salam, Zepto-Triffon, Sorong

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PASTOR CUCI TANGAN PADA SAAT PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 7, 2011


Pertanyaan umat :

Mo …. dulu umat membawakan hasil bumi sebagai persembahan mereka…. makanya setelah Romo menerima persembahan dari umat ada ritual mencuci tangan….. nah sekarang umat bawa angpao …dan romo gak menerima langsung dari umat …. mengapa acara cuci mencuci tangan masih dipertahankan??

PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:

DULU-nya, ritus mencuci tangan dlm PE lebih bercorak FUNGSIONAL: tangan imam dicuci karena kotor debu, noda, dll yg melekat pd bahan2 persembahan natura.

KINI, ritus cuci tangan dlm PE lebih bercorak SIMBOLIS: penekanan pd pembersihan hati imam dari kesalahan dan dosa2nya agar ia pantas membawa persembahan suci atas nama umat kepada Allah, demi … See Morekemuliaan-NYA dan keselamatan umat. Oleh karena itu, ketika mencuci tangan, imam berdoa dalam hati (silent prayer): cucilah aku ya Tuhan dari kesalahan2ku dan bersihkanlah aku dari dosa2ku (lava me Domine…)

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

PERARAKAN PERSEMBAHAN

Posted by liturgiekaristi on March 7, 2011


Pertanyaan umat:

Sering kali soal urutan perarakan persembahan menjadi soal, yang seharusnya bagaimana ya? lalu apa saja yang sepantasnya dibawa dalam persembahan selain Roti dan anggur, apakah dimungkinkan membawa hal2 lain, apakah boleh juga tarian dipersembahkan selai Roti dan anggur? (bukan pengiring persembahan lho).

PENCERAHAN DARI BP. Agus Syawal Yudhistira

Tarian adalah sesuatu yang secara natural tidak merupakan bagian dalam Liturgi Romawi dan secara tegas dilarang.
Tarian yang memiliki makna religius dari budaya tertentu bisa dimasukkan tapi kemudian membentuk sebuah variasi ritus yang harus menjadi bagian dari TPE dan diaprobasi oleh Tahta Suci.
Contohnya adalah Liturgi Romawi Zaire yang merupakan…bentuk inkulturasi yang memiliki aprobasi.

Tapi dengan demikian tarian yang dimasukkan juga bukan sembarang tarian, apa saja boleh, dan ini harus memiliki akar kebudayaan dan religius yang kuat.

Kalau tarian modern seperti yang dilakukan banyak kelompok orang muda seperti yang sekarang ini marak, ini secara tegas dilarang.

http://www.ewtn.com/library/CURIA/CDWDANCE.HTM

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »

KOLEKTE

Posted by liturgiekaristi on March 7, 2011


Pertanyaan umat :

Soal KOLEKTE. Suatu hr ada umat protes. ” Setelah kolekte selesai , kok uangnya langsung dimasukkan ke kotak oleh petugas kolekte? . Kolekte kan persembahan utk Tuhan. Kenapa tdk dipersembahkan dulu pada Tuhan (ditempatkan di bawah meja altar atau dibawa ke depan altar untuk diberkati oleh imam), baru stlh itu dimasukan ke dalam kotak. Yang baiknya bgm , pastor? Mohon pencerahan. Trm ksh.

PENCERAHAN DARI BP. ONGGO LUKITO :

PUMR 73. Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar.

Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi.[*] Pada altar ditata korporale, purifikatorium, Misale, dan piala, kecuali kalau piala disiapkan di meja ? samping.

Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur, lalu diterima oleh imam atau diakon dan diletakkan di atas altar. Meskipun sekarang roti dan anggur tidak disediakan sendiri oleh umat seperti pada zaman dulu, namun ritus mengantar persembahan ini tetap mengandung arti dan nilai rohani yang sama….

Pada saat ini diterima juga uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja. Semua ini tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.

pada alinea terakhir PUMR 73 disebutkan uang yang dikumpulkan di dalam gereja atau persembahan untuk orang miskin diantar dan diterima. setelah diterima diletakkan di tempat lain yang pantas. tempat lain tentu berarti bukan meja altar, karena meja altar untuk tempat persebahan roti dan anggur.

kalau di tempat saya ada meja kecil di kiri dan kanan altar, dan kolekte diletakkan di situ.

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Yuppp, setuju pak Onggo L.

Prinsipnya:
a. Yang di atas altar adalah persembahan korban utama kita yakni “roti dan anggur” dan hal-hal yang mendukung hal itu.
Ini sebenarnya adalah persembahan Yesus sendiri kepada BapaNya yang kita rayakan.

b. Persembahan kita, entah wujudnya uang (kolekte) atau barang, tidak kita letakkan di atas altar, tetapi di tempat yang pantas di panti imam, misalnya disediakan tempat khusus di sekitar altar, dengan posisi juga tidak lebih tinggi dari altar.

Bahan persembahan umat ini disucikan melalui doa persembahan, tetapi tidak perlu dipersembahkan khusus.

Posted in 3. Bagian Persembahan | Leave a Comment »