Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

Seputar Liturgi Ekaristi Gereja Katolik

  • Majalah Liturgi KWI

  • Kalender Liturgi

  • Music Liturgi

  • Visitor

    free counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    Free Hit Counters

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    free statistics

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    hit counters



    widget flash

    widget

    Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter
    widget

    web page counter

  • Subscribe

  • Blog Stats

    • 1,255,640 hits
  • Kitab Hukum Kanonik, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Suci, Alkitab, Pengantar Kitab Suci, Pendalaman Alkitab, Katekismus, Jadwal Misa, Kanon Alkitab, Deuterokanonika, Alkitab Online, Kitab Suci Katolik, Agamakatolik, Gereja Katolik, Ekaristi, Pantang, Puasa, Devosi, Doa, Novena, Tuhan, Roh Kudus, Yesus, Yesus Kristus, Bunda Maria, Paus, Bapa Suci, Vatikan, Katolik, Ibadah, Audio Kitab Suci, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Tempat Bersejarah, Peta Kitabsuci, Peta Alkitab, Puji, Syukur, Protestan, Dokumen, Omk, Orang Muda Katolik, Mudika, Kki, Iman, Santo, Santa, Santo Dan Santa, Jadwal Misa, Jadwal Misa Regio Sumatera, Jadwal Misa Regio Jawa, Jadwal Misa Regio Ntt, Jadwal Misa Regio Nusa Tenggara Timur, Jadwal Misa Regio Kalimantan, Jadwal Misa Regio Sulawesi, Jadwal Misa Regio Papua, Jadwal Misa Keuskupan, Jadwal Misa Keuskupan Agung, Jadwal Misa Keuskupan Surfagan, Kaj, Kas, Romo, Uskup, Rosario, Pengalaman Iman, Biarawan, Biarawati, Hari, Minggu Palma, Paskah, Adven, Rabu Abu, Pentekosta, Sabtu Suci, Kamis Putih, Kudus, Malaikat, Natal, Mukjizat, Novena, Hati, Kudus, Api Penyucian, Api, Penyucian, Purgatory, Aplogetik, Apologetik Bunda Maria, Aplogetik Kitab Suci, Aplogetik Api Penyucian, Sakramen, Sakramen Krisma, Sakramen Baptis, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Ekaristi, Sakramen Perminyakan, Sakramen Tobat, Liturgy, Kalender Liturgi, Calendar Liturgi, Tpe 2005, Tpe, Tata Perayaan Ekaristi, Dosa, Dosa Ringan, Dosa Berat, Silsilah Yesus, Pengenalan Akan Allah, Allah Tritunggal, Trinitas, Satu, Kudus, Katolik, Apostolik, Artai Kata Liturgi, Tata Kata Liturgi, Busana Liturgi, Piranti Liturgi, Bunga Liturgi, Kristiani, Katekese, Katekese Umat, Katekese Lingkungan, Bina Iman Anak, Bina Iman Remaja, Kwi, Iman, Pengharapan, Kasih, Musik Liturgi, Doktrin, Dogma, Katholik, Ortodoks, Catholic, Christian, Christ, Jesus, Mary, Church, Eucharist, Evangelisasi, Allah, Bapa, Putra, Roh Kudus, Injil, Surga, Tuhan, Yubileum, Misa, Martir, Agama, Roma, Beata, Beato, Sacrament, Music Liturgy, Liturgy, Apology, Liturgical Calendar, Liturgical, Pope, Hierarki, Dasar Iman Katolik, Credo, Syahadat, Syahadat Para Rasul, Syahadat Nicea Konstantinople, Konsili Vatikan II, Konsili Ekumenis, Ensiklik, Esniklik Pope, Latter Pope, Orangkudus, Sadar Lirutgi

Archive for the ‘5. Vigili – HR Paskah’ Category

MAKNA LILIN PASKAH

Posted by liturgiekaristi on December 3, 2014


Pertanyaan umat :

Gimana kalau pd misa malam paskah/natal, lilin jg hanya ada di altar saja ? jd tdk perlu semua umat pegang lilin, krn makin banyak umatnya ya makin banyak lilin yg dibutuhkan … biaya utk lilin mungkin bisa dipakai utk yg lain2

Pencerahan dari SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Penyalaan lilin pada Vigili/Malam Paskah ada maknanya dan sungguh tak elok demi menghemat biaya, lilin untuk umat pada malam Paskah ditiadakan. Perayaan Malam Paskah akan kehilangan maknanya. Pada Misa Malam Paskah, Lilin Paskah merupakan simbol cahaya Kristus yang bangkit. Hal ini terutama dalam kata-kata imam ketika menyalakan lilin Paskah dengan mengucapkan : « Semoga Cahaya Kristus yang bangkit mulia menghalau kegelapan hati dan budi kita ». Ketika Lilin Paskah diarak masuk ke dalam gereja, Gereja dalam keadaan gelap, dan cahaya lilin Paskah ini mulai memberi terang dalam kegelapan.

Cahaya Lilin Paskah ini kemudian diedarkan ke tengah umat beriman dengan saling menyalakan lilin-lilinnya di tangan, sebagai simbol saling berbagi terang kebangkitan Kristus dan cinta kasih Allah yang menyelamatkan. Dengan nyala lilin di tangan umat yang diambil dari Lilin Paskah Kristus, umat memperbaharui janji-janji baptis untuk tetap hidup dalam Terang Kristus dan menjadi cahaya yang tak terpadamkan bagi sesama.

Berbeda dengan Malam Paskah, dalam Hari Raya Natal (Misa Malam) tidak ada penyalaan lilin umat, kalaupun ada itu sifatnya optional.

Posted in 3. Benda Liturgi lainnya, 5. Vigili - HR Paskah | 1 Comment »

Oktaf Paskah dan Hari Minggu Kerahiman Ilahi

Posted by liturgiekaristi on May 1, 2014


Para fans, untuk menghidupi Oktaf Paskah dan menyambut Hari Minggu Kerahiman Ilahi, kami posting kembali tulisan yang perna dimuat page ini, April 2011.

Oktaf Paskah dan Hari Minggu Kerahiman Ilahi

Pekan suci sudah berakhir, hari raya Paskah telah berlalu…., namun, apakah pesta telah berakhir ?? Lebih jauh ada istilah «Oktaf Paskah», apa sih oktaf Paskah itu ?

Oktaf Paskah adalah masa delapan hari setelah hari Minggu Paskah ; masa hari raya panjang selama delapan hari, sampai hari Minggu berikutnya. Suatu perayaan atau pesta yang berlangsung selama delapan hari. Dalam tradisi Gereja para babtisan baru mengalami rahmat suka cita dengan tetap mengenakan pakaian putihnya ; maka pada hari Minggu II Paskah disebut Minggu Putih atau « Dominica in Albis » ( karena hari terakhir para babtisan baru mengenakan pakaian putih).

Perayaan keagamaan oktaf ini bisa ditemukan dalam Perjanjian Lama, pada perayaan Pondok Daun di Kitab Imamat 23-24. Pada abad IV, jaman Konstantin dimasukkan ke dalam Liturgi Gereja (Katolik).

Selama Oktaf Paskah liturgi sama seperti hari raya Paskah : gloria dikumandangkan, Alleluia dinyanyikan dengan meriah, doa dan bacaan tetap menunjukkan hal yang sama, yakni peristiwa paskah / kebangkitan, Prefasi Paskah I sama seperti hari Minggu Paskah, … Jadi boleh dikatakan liturgi hari raya Paskah yang diperpanjang selama delapan hari, yang berakhir pada hari Minggu Paskah II, yang disebut juga « Dominica in Albis » (Minggu Putih) atau sekarang ini disebut hari Minggu Kerahiman Ilahi.

Hari Minggu Kerahiman Ilahi

Seperti yang telah disinggung di atas, dalam tradisi Gereja hari Minggu II Paskah disebut « Dominica in Albis » atau Minggu Putih (karena merupakan hari terakhir para babtisan baru mengenakan pakaian putih, pakaian babtis mereka). Namun sejak tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II menetapkan hari Minggu Paskah II menjadi Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Hal ini sebagai jawaban atas permintaan Tuhan kepada Santa Faustina Kowalska yang termuat dalam buku catatan hariannya. Ada beberapa kutipan dimana Tuhan meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja. Berikut ini salah satu kutipan dari permintaan Tuhan ini :

“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”

Atas permintaan Tuhan ini maka pada tanggal 30 April 2000, pada hari kanonisasi Santa Faustina Konwalska, Paus Yohanes Paulus II menetapkan pada hari Minggu setelah hari raya Paskah, yakni Minggu II Paskah sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi yang dirayakan dalam Gereja semesta.

Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati !

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

MENGHIDUPI PEKAN SUCI : “BELAJAR KELUAR DARI DIRI KITA SENDIRI”

Posted by liturgiekaristi on March 29, 2013


MENGHIDUPI PEKAN SUCI : “BELAJAR KELUAR DARI DIRI KITA SENDIRI”

KATEKESE PERTAMA PAUS FRANSISKUS PADA AUDENSI UMUM
RABU 27 Maret 2013

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Saya senang Anda menghadiri audiensi umum pertama saya ini. Saya menerima “kesaksian” dari tangan pendahulu saya yang terkasih, Paus Benediktus XVI, dengan rasa syukur dan penghormatan yang besar . Setelah Paskah kita akan kembali pada katekese Tahun Iman. Hari ini saya ingin membagikan sedikit permenungan saya tentang Pekan Suci. Dengan Minggu Palma, kita telah mengawali Pekan ini – pusat dari seluruh Tahun Liturgi – di mana kita menemani Yesus dalam sengsaraNya, kematianNya dan kebangkitan-Nya.

Tetapi apa maknanya bagi kita untuk menghidupi Pekan Suci? Apa artinya mengikuti Yesus ke Kalvari, dalam perjalanan-Nya menuju Salib dan KebangkitanNya?

Dalam perutusan-Nya di bumi, Yesus berjalan kaki di jalan-jalan Tanah Suci, Ia memanggil dua belas orang sederhana untuk tinggal bersama Dia, untuk membagikan perjalanan-Nya dan melanjutkan perutusan-Nya; Ia telah memilih mereka dari antara orang-orang yang sungguh beriman dalam janji-janji Allah. Dia berbicara kepada semua orang, tanpa pembedaan, kepada orang-orang besar dan orang-orang yang rendah hati, kepada orang pemuda kaya dan janda miskin, kepada orang-orang berkuasa dan orang-orang lemah; Ia membawa belas kasih dan pengampunan Allah; Ia menyembuhkan, menghibur, memahami; memberi harapan; Ia membawa kepada semua orang kehadiran Allah yang penuh perhatian kepada setiap laki-laki dan perempuan, seperti seorang bapa dan ibu yang baik kepada setiap anak-anak mereka. Allah tidak menunggu setiap orang yang datang kepada-Nya, tapi Dialah yang mendatangi kita, tanpa perhitungan dan tiada batasnya. Allah adalah seperti itu: Dia selalu mengambil langkah pertama, Dia mendatangi kita. Yesus hidup dalam kenyataan sehari-hari kebanyakan orang pada umumnya: Dia tergerak hatiNya terhadap orang-orang yang tampak seperti kawanan tanpa gembala; Dia menangis di depan penderitaan Marta dan Maria atas kematian saudara mereka Lazarus; Dia memanggil pemungut cukai menjadi murid-Nya; Dia menderita pengkhianatan dari seorang sahabat. Di dalam Dia, Allah memberi kita kepastian bahwa Dia bersama kita, di tengah-tengah kita. “Serigala mempunyai liang”, Yesus berkata, “dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat 8:20). Yesus tidak memiliki rumah karena rumah-Nya adalah orang banyak, perutusan-Nya membukakan bagi semua orang pintu kepada Allah, menghadirkan cinta kasih Allah.
Dalam Pekan Suci, kita menghidupi puncak dari perjalanan ini, dari rancangan kasih ini yang berjalan melalui seluruh sejarah hubungan antara Allah dan manusia. Yesus memasuki Yerusalem untuk melakukan langkah terakhir, meringkas seluruh keberadaan-Nya: Dia memberikan diri-Nya secara penuh, Dia tidak membawa apa-apa untuk diri-Nya sendiri, bahkan hidup-Nya sendiri. Dalam Perjamuan Terakhir, bersama sahabat-sahabat-Nya, Dia membagikan roti dan mengedarkan piala “bagi kita”. Putra Allah menawarkan kita, Dia memberikan ke dalam tangan kita Tubuh-Nya dan Darah-Nya supaya selalu bersama kita, supaya tinggal di antara kita. Dan di Taman Zaitun, seperti dalam persidangan di hadapan Pilatus, Dia tidak memberikan perlawanan, Dia memberikan diri-Nya; Dia adalah hamba yang menderita yang dinubuatkan oleh Yesaya yang menyerahkan dirinya sampai mati (bdk. Yes 53:12).

Yesus tidak menghidupi kasih ini, yang mengarah pada pengorbanan dengan cara pasif atau pasrah pada takdir; Dia tentu saja tidak akan menyembunyikan kesedihan manusiawi-Nya yang mendalam saat menghadapi bengisnya kematian, tapi Dia mempercayakan diri-Nya dengan keyakinan penuh kepada Bapa. Yesus menyerahkan diri-Nya secara sukarela pada kematian, untuk menghubungkan kasih Allah Bapa, dalam persatuan yang sempurna dengan kehendak-Nya, untuk menyatakan kasih-Nya bagi kita. Di kayu salib Yesus ” yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Gal 2:20)”, kata Santo Paulus. Masing-masing dari kita dapat berkata: Dia telah mengasihi aku dan Dia menyerahkan diri-Nya bagiku. Masing-masing dapat mengatakan ini “bagiku”.

Apa artinya semua ini bagiku? Hal itu berarti bahwa jalan ini juga menjadi milik saya,milik kamu, milik kita. Menghidupi Pekan Suci dengan mengikuti Yesus, tidak hanya dengan (suasana hati) yang haru biru; menghidupi Pekan Suci seraya memandang Yesus berarti : belajar untuk keluar dari diri kita sendiri – seperti yang saya katakan pada hari Minggu – untuk pergi berjumpa orang lain, pergi ke pinggiran keberadaan, untuk menjadi yang pertama berjumpa dengan saudara-saudari kita terutama mereka yang dijaukan, yang terlupakan, mereka yang sangat membutuhkan untuk dipahami, dihibur, dibantu. Kita harus membawa kehadiran yang hidup dari Yesus yang berbelas kasih dan penuh cinta.

Menghidupi Pekan Suci berarti masuk secara lebih mendalam pada logika Allah, logika Salib, yang bukanlah pertama-tama tentang seluruh penderitaan dan kematian, tetapi tentang kasih dan pemberian diri yang membawa kehidupan. Hal ini masuk ke dalam logika Injil. Mengikuti, menyertai Kristus, tinggal bersama-Nya memerlukan “keluar”, “pergi keluar”. Keluar dari diri sendiri, dari cara lama atau yang rutin dalam hidup iman, dari cobaan yang menutup pola diri sendiri yang pada akhirnya menutup cakrawala tindakan kreatif Allah. Allah pergi keluar dari diri-Nya untuk datang ke tengah kita, Dia memasang kemah di tengah kita untuk membawakan kita rahmat Allah yang menyelamatkan dan memberi harapan. Kita juga, jika kita ingin mengikuti-Nya dan tinggal bersama-Nya, tidak harus puas dengan tinggal di kandang bersama 99 domba, kita harus “pergi keluar”, untuk mencari bersama-Nya domba yang hilang, yang telah menjauh. Camkan ini dengan baik: keluar dari diri kita sendiri, seperti Yesus, seperti Allah keluar dari diri-Nya dalam Yesus dan Yesus keluar dari diri-Nya bagi kita semua.
Seseorang bisa saja mengatakan kepada saya: “Tapi Bapa, saya tidak punya waktu”, “Saya memiliki begitu banyak hal yang harus dilakukan”, “Ini sulit”, “Apa yang bisa saya lakukan dengan kekuatan saya yang kecil dan tak berguna, bersama dengan segala dosa saya, dengan begitu banyak hal lagi?”.

Seringkali, kita senang dan puas pada sedikit doa, pada sebuah Misa hari Minggu yang terganggu dan tidak tetap, pada beberapa tindakan amal, tapi kita tidak memiliki keberanian untuk “keluar” membawa Kristus. Kita sedikit seperti Santo Petrus. Segera setelah Yesus berbicara tentang sengsara, wafat dan kebangkitan, tentang pemberian diri, tentang kasih terhadap semua, Rasul Petrus membawa-Nya ke samping dan menegur Dia. Apa yang Yesus katakan mengganggu rencananya, tampak tidak dapat diterima, membahayakan keamanan pasti yang telah ia bangun, gagasannya akan Mesias. Dan Yesus memandang para murid dan memberi wejangan kepada Petrus salah satu kata yang paling sulit dari Injil: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mrk 8:33). Allah selalu berpikir dengan belas kasih, jangan lupakan ini. Allah selalu berpikir dengan belas kasih : Dia adalah Bapa yang penuh belas kasih! Allah berpikir seperti seorang bapa yang menunggu kembalinya anaknya dan pergi keluar untuk bertemu dengannya, dia melihatnya datang ketika ia masih jauh … Apa artinya ini? Bahwa setiap hari dia pergi untuk melihat apakah anaknya pulang: ini adalah Bapa kita yang berbelas kasih. Hal ini adalah tanda bahwa dia berharap bagi kepulangannya, dengan segenap hatinya, dari teras rumahnya. Allah berpikir seperti orang Samaria, yang tidak lewat dekat korban, merasa kasihan padanya, atau mencari cara lain, tetapi dia datang untuk membantu tanpa meminta imbalan apa pun, tanpa bertanya apakah ia adalah Yahudi, atau orang kafir, atau orang Samaria, apakah ia kaya, apakah ia miskin: ia tidak meminta apa-apa. Ia datang untuk membantunya: ini adalah Allah. Allah berpikir seperti gembala yang memberikan hidupnya untuk membela dan menyelamatkan domba.

Pekan Suci adalah saat rahmat yang Tuhan berikan kepada kita untuk membuka pintu hati kita, pintu kehidupan kita, pintu paroki kita – sayangnya, begitu banyak paroki tertutup! – untuk membuka gerakan-gerakan dan lembaga-lembaga kita, untuk “keluar” berjumpa orang lain, pergi mencari sesama di sekitar kita, untuk membawakan mereka cahaya dan sukacita iman kita. Selalu pergi keluar ! Dan ini dengan kasih dan kelembutan Allah, dengan hormat dan kesabaran, memahami bahwa kita menawarkan tangan kita, kaki kita, hati kita, tapi kemudian Allahlah yang menuntun mereka dan membuat berbuah dari setiap tindakan kita.

Saya berharap Anda semua hidup dengan baik hari-hari ini, mengikuti Tuhan dengan keberanian, membawa secercah sinar kita sinar kasih-Nya kepada orang-orang yang kita jumpai.

phs.

Terjemahan dari : Zenit.fr.org

http://www.zenit.org/fr/articles/la-semaine-sainte-pour-apprendre-a-sortir-de-nous-memes

Posted in 3. Kamis Putih, 4. Jumat Agung, 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

Praeconium Paschale – Exsultet (Pujian Paskah)

Posted by liturgiekaristi on May 12, 2011


Praeconium Paschale – Exsultet

Pujian Paskah saat misa Malam Paskah di Basilika St. Petrus.

Posted in 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »

TRIDUUM (KAMIS PUTIH, JUMAT AGUNG, SABTU VIGILI

Posted by liturgiekaristi on April 28, 2011


SHARING SEORANG UMAT :
Good Friday (Jumat Agung) : Jalan Salib biasa atau Jalan Salib Hidup (tableau) selalu dilakukan pada pagi hari di hari Jumat Agung – pada siang/sore hari selalu diadakan Ibadat Jumat Agung resmi (Kisah Passio yang dinyanyikan + Pengormatan ……Salib) ….

nah di Indonesia ini aneh : ada banyak Paroki yang mengadakan Jalan Salib Hidup (tableau) di siang/sore hari sebagai pengganti Kisah Passio yang dinyanyikan + Penghormatan Salib ….Lho ???

Sabtu Paskah aslinya dalam Bahasa Latin itu : Vigil (Tirakatan menjelang Paskah), dulu disebut Sabtu Sepi. Inti perayaannya : Upacara Cahaya + Pembaruan Janji Baptis ….Paskah dirayakan pada hari Minggu (tiga hari setelah Yesus wafat : sesuai dengan Credo + Injil) …

tapi di Indonesia ini aneh : Sabtu Paskah sudah dirayakan sebagai Hari Raya Paskah, lengkap dengan salam-salaman Selamat Paskah, lagu Haleluya (Handel) dan berkat Paskah meriah … (Jadi Yesus bangkit pada hari keberapa?) … akibatnya, Hari Raya Paskah yang jatuh hari Minggu itu sepi (karena sudah dirayakan di Sabtu Paskah)…katanya Hari Raya Paskah itu hari raya terbesar …kok Minggu Paskah sepi… apalagi Paskah hari Kedua (Senin) sudah banyak yang lupa, padahal dulu sekolah2 Katolik dan Univ Katolik masih libur di hari Paskah kedua …sekarang ???

Passio tidak bisa digantikan dengan drama ata pun jalan salib. Sabtu sepi / sunyi tidak sama dengan sabtu malam paskah. Sabtu malam paskah memang dimaksudkan sebagai malam tirakatan / vigili (=berjaga-jaga) dan sejak dahulu menjadi perayaan… paskah yang utama (ibu dari segala vigili). Pada malam itu memang kita merayakan (menyongsong) kebangkitan Yesus sebagaimana para wanita yang menemukan makam kosong “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu” (mat 28:1a). Pada perayaan malam paskah itu seolah kita berjaga dan berlomba dengan para wanita Yerusalem untuk menyongsong Yesus yang beralih dari kematian menuju gerbang kebangkitan. Karenanya malam paskah diadakan harus pada hari telah gelap, ritusnya cukup panjang (terpanjang dalam liturgi Katolik) dengan empat liturgi : cahaya, sabda, baptis dan ekaristi. dengan banyaknya bacaan, dsb sangat mendukung maksud tirakatan / berjaga-jaga / melek-an ini. Karenanya di malam paskah ini pun diperingati Yesus yang (baru saja) bangkit. Lagu-lagu kebangkitan dan alleluia telah dinyanyikan dengan semarak. Sedangkan perayaan keesokan harinya, yaitu Hari raya Minggu Paskah – tetap merupakan perayaan wajib bagi umat – tidak digantikan dengan malam paskahnya karena status perayaan telah berbeda (tidak sama dengan misa mingguan yang telah dihadiri pada sabtu malam). Di Perayaan Hari Raya Minggu Paskah kita merayakan Yesus yang (telah) bangkit dan sekaligus menampakkan diri pada para muridNya. sekilas dari saya (bdk dokumen Gereja : Festis Pachalibus Praeparandis et celebrandis / FPPC).
SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Triduum Paskah, diistilahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Tri Hari Suci – lalu dipahami sebagai dari hari Kamis Putih – Jumad Agung – Sabtu Suci (sepih). Lalu apakah hari Minggu Paskah tidak termasuk ? dan kalau termasuk berarti bukan tig…a hari melainkan empat hari ? dan istilahnya bukan Tri Hari Suci lagi ?

Secara liturgis, dan ini dalam ajaran dan tradisi Gereja, bukan masalah perhitungan harinya, melainkan rangkaian perayaan untuk mengenangkan SENGSARA – WAFAT – KEBANGKITAN Kristus Yesus, Tuhan kita. Jadi ada tiga (3) unsur dari rangkaian perayaan itu : sengsara – wafat dan kebangkitan Kristus, yang diawali perayaan Malam Perjamuan Terakhir – Peringatan Sngsara dan Wafat Kristus dan Perayaan Vigili Paskah dan Paskah Kristus (diantara ketiga peristiwa yang dirayakan ini ada : tuguran, ofisi/brevir atau ibadat pagi (di kampung saya ada Lamentasi hari jumad dan sabtu pagi), ada jalan salib bahkan munkin ada tablo sengsara Tuhan, … dsb … bahkan ada tradisi² khusus yang rangkaian acaranya dari hari rabu yang disebut Rabu Trewa)

Kalau kita perhatikan dengan sungguh liturgi perayaan Triduum Paskah ini maka liturgi dari Malam Perjamuan Terakhir sampai Vigili Paskah merupakan satu kesatuan / rangkaian. Biasanya dalam perayaan Ekaristi ada 4 bagian : ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi Ekaristi dan ritus penutup.

Dalam perayaan Triduum Paskah ritus pembuka pada perayaan Malam Perjamuan Terakhir dan ritus penutup pada perayaan Malam (vigili) Paskah dengan berkat dan pengutusan secara meriah. Pada perayaan kamis putih tidak ada ritus penutup, setelah doa komuni langsung perarakan pemindahan Sakramen Mahakudus.

Pada peringatan sengsara dan wafat Kristus pada Jumad Agung, tidak ada ritus pembuka dan ritus penutup : imam berarak masuk dalam suasana hening, lalu berlutut atau tiarap, kemudian doa untuk memulai perayaan kemudian menyusul Liturgi Sabda (pasio). Di akhir perayaan, setelah doa komuni, ada doa berkat tetapi berupa penumpangan tangan (tidak ada gerakan/tindakan memberi berkat berupa + tanda salib dan kata-kata pengutusan).

Pada perayaan Malam Paskah, tidak ada ritus pembuka ; setelah ada komentator untuk memberi penjelasan tentang rangkaian perayaan, langsung upacara cahaya atau pemberkatan api baru dan Lilin Paskah. Pada akhir perayaan baru ada ritus penutup berupa : berkat meriah Paskah dan pengutusan secara meriah, yang disertai Alleluia 3x.

Demikian juga bunyi lonceng (dan bunyi-bunyian yang lain): lonceng dibunyikan pada lagu Gloria di Kamis Putih dan dibunyikan lagi pada lagu Gloria di Malam paskah… dan dari situ bersama Alleluia kita sudah memasuki suka cita Paskah.

Alleluia pada Malam Paskah dikumandangkan secara meriah, bahkan dalam buku Mazmur Tanggapan, Alleluia pada Malam Paskah dari lagu Latin dengan tiga ayat/bait yang dinyanyikan dengan nada yang berbeda (dari rendah ke tinggi). Jadi pada perayaan Vigili Paskah sejak pemakluman Kristus Cahaya Dunia yang disimbolkan dengan Lilin Paskah dan Exultet sebagai pemakluman/proklamasi Paskah Raya kita sudah memasuki kegembiraan dan suka cita Paskah.

Jadi secara perayaan atau liturgi tidak ada yang salah dengan perayaan Triduum Paskah Kristus. Masalahnya terletak pada pastoral liturgy dan ini menjadi tugas kita bersama.

Bahwa pada Misa Paskah pada hari Minggu Paskah umatnya kurang dan ada anggapan bahwa Paskah sudah dirayakan malam sebelumnya (Malam Paskah) itu menjadi keprihatinan kita bersama dan katekese tentang liturgi lebih giat lagi. Link SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA ini juga bertujuan sebagai sarana pewartaan dan katekese seputar liturgi dan perayaan Ekaristi. Yang tentu saja berangkat dari keprihatinan tentang situasi Liturgi kita di Gereja Katolik Indonesia. Jadi tugas kita bersama terhadap masalah dan keprihatinan tentang Liturgi kita ini.

PENCERAHAN DARI PASTOR Albertus Widya Rahmadi Putra

Nambah info praktis saja:

1. di dalam Norma Umum Kalender dan Tahun Liturgi, Artikel Nomor 19 dinyatakan: Tri Hari Suci (Triduum) dimulai pada Perayaan Ekaristi Kamis Putih, mencapai puncaknya pada Malam Paska, dan berakhir pada Ibadat Haria…n (atau Perayaan Ekarisiti) Minggu Paska Sore.

Referensi: http://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?id=5932#Trid

2. Dari pernyataan itu bisa disimpulkan bahwa Triduum memang berlangsung selama kurang lebih 3 X 24 jam (Kamis sore sekitar jam 6 sampai dengan Minggu Sore sekitar jam 6), waktunya setara dengan 3 hari penuh meskipun melewati 4 sebutan hari. Periode itu mencakup sebagian hari Kamis, Jumat sepanjang hari, Sabtu juga sepanjang hari, dan Minggu sebagian hari. Begitulah cara perhitungan liturgisnya, sedikit berbeda dengan kebiasaan kita menghitung hari secara normal.

Posted in 3. Kamis Putih, 4. Jumat Agung, 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

PASKAH – OKTAF PASKAH KAITANNYA DENGAN MINGGU KERAHIMAN ILAHI

Posted by liturgiekaristi on April 28, 2011


Ada pertanyaan tentang Oktaf Paskah, berikut sedikit penjelasannya dan dikaitkan dengan Minggu Kerahiman Ilahi

Oktaf Paskah

Pekan suci sudah berakhir, hari raya Paskah telah berlalu…., namun, apakah pesta telah berakhir ?? Lebih jauh ada istilah « Oktaf Paskah »,  apa sih oktaf Paskah itu ?

Oktaf Paskah adalah masa delapan hari setelah hari Minggu Paskah ; masa hari raya panjang selama delapan hari, sampai hari Minggu berikutnya. Suatu perayaan atau pesta yang berlangsung selama delapan hari. Dalam tradisi Gereja para babtisan baru mengalami rahmat  suka cita dengan tetap mengenakan pakaian putihnya ; maka pada hari Minggu II Paskah disebut Minggu Putih atau « Dominica in Albis » ( karena hari terakhir para babtisan baru mengenakan pakaian putih).

Perayaan keagamaan oktaf ini bisa ditemukan dalam Perjanjian Lama, pada perayaan Pondok Daun di Kitab Imamat 23-24. Pada abad IV, jaman Konstantin dimasukkan ke dalam Liturgi Gereja (Katolik).

Selama Oktaf Paskah liturgi sama seperti hari raya Paskah : gloria dikumandangkan, Alleluia dinyanyikan dengan meriah, doa dan bacaan tetap menunjukkan hal yang sama, yakni peristiwa paskah / kebangkitan, Prefasi Paskah I sama seperti hari Minggu Paskah, … Jadi boleh dikatakan liturgi hari raya Paskah yang diperpanjang selama delapan hari, yang berakhir pada hari Minggu Paskah II, yang disebut juga « Dominica in Albis » (Minggu Putih) atau sekarang ini disebut hari Minggu Kerahiman Ilahi.

Hari Minggu Kerahiman Ilahi

Seperti yang telah disinggung di atas, dalam tradisi Gereja hari Minggu II Paskah disebut « Dominica in Albis » atau Minggu Putih (karena merupakan hari terakhir para babtisan baru mengenakan pakaian putih, pakaian babtis mereka). Namun sejak tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II menetapkan hari Minggu Paskah II menjadi Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Hal ini sebagai jawaban atas permintaan Tuhan kepada Santa Faustina Kowalska yang termuat dalam buku catatan hariannya. Ada beberapa kutipan  dimana Tuhan  meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja. Berikut ini salah satu kutipan dari permintaan Tuhan ini (coppy dari link tetangga) :

 

“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”

Atas permintaan Tuhan ini maka pada tanggal 30 April 2000, pada hari kanonisasi Santa Faustina Konwalska, Paus Yohanes Paulus II menetapkan pada hari Minggu setelah hari raya Paskah, yakni Minggu II Paskah sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi yang dirayakan dalam Gereja semesta.

Untuk tahun ini gemah pesta Minggu Kerahiman Ilahi berkumandang seantero jagat, yang bertepatan dengan hari Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II, di hari Minggu ini 1 Mei 2011 oleh Paus Benediktus XVI. Para peziarah dan kelompok kaum beriman yang menghadiri beatifikasi ini, bukan hanya datang sebagai peziarah dan sekedar hadir dan berpartisipasi. Mereka tengah sibuk dengan segala rangkaian kegiatan yang semuanya bermuara pada Kerahiman Allah yang penuh belaskasihan: novena Kerahiman Ilahi yang sudah dimulai pada hari Jumad Agung kemarin, ada seminar (dan sejenisnya) tentang Kerahiman Ilahi, doa dan devosi kepada Kerahiman Ilahi, yang semuanya dalam rangka beatifikasi Yohanes Paulus II, selain peningkatan hidup keimanan akan Allah Bapa yang maharahim dan mahabelas-kasihan.

Kerahiman Allah yang penuh belaskasihan senantiasa menguatkan langkah hidup kita. Amin!

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

Litani para kudus : apa yang kita serukan kepada para kudus ?

Posted by liturgiekaristi on April 26, 2011


Menjawab pertanyaan sdr. Andreas Adiana : « apakah litani para kudus ini HARUS didaraskan? mohon pencerahannya »  Berikut ini pencerahannya :

Dalam kenyataannya semua doa ditujukan kepada Allah. Jadi kita tidak berdoa kepada para kudus, tetapi kita meminta mereka untuk menjadi perantara kita di hadapan Allah ; para kudus mendoakan kita di hadapan Tuhan dan Yesus Kristus. Kita bisa memohon perlindungan, bantuan, dukungan dan kemampuan untuk hidup baik dan suci…  Santa Theresia dari Lisieux (St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus) mengatakan bahwa dia menjalani kehidupan surgawinya dengan memperhatikan doa-doa kita.

Gereja di sepanjang sejarahnya, mengatakan bahwa para kudus atau orang-orang yang berbahagia di surga, oleh iman mereka, telah mengikuti Yesus Kristus. Mereka membentuk suatu keluarga besar, yang disebut Gereja para kudus di surga, termasuk  yang tidak/belum dikanonisasi, dimana mungkin kelak kita menjadi bagian dari bilangan para kudus ini. Mungkin kita memiliki santo-santa yang menjadi idola kita karena keutamaan dan kebijaksanaan yang mereka miliki. Atau kita mempunyai devosi khusus kepada salah satu dari para santo –santa. Namun, apa yang kita minta dari mereka ? Kita memohonkan kesaksian hidup mereka menjadi teladan iman bagi kita, karya-karya iman yang telah mereka jalankan juga menjadi inspirasi iman dalam perjalanan hidup keimanan kita. Misalnya, St. Paulus yang melaksanakan karya misionernya yang luar biasa, dengan segala keberanian yang dia miliki, kita mohon bantuannya agar keberanian yang sama menjadi teladan bagi kita dalam kesaksian hidup iman di tengah masyarakat  sekarang ini. Santa Theresia dari Avila yang mampu masuk dalam keintiman yang besar, dalam dan bersama Tuhan, kita meminta kepadanya untuk mengajarkan hal yang sama juga kepada kita. Santa Elisabeth dari Trinitas yang mahakudus yang secara bertahap masuk dalam suatu pemahaman total akan misteri Trinitas, kita minta kepadanya agar apa yang telah Tuhan ungkapkan kepadanya juga dianugerahkan kepada kita untuk menyelami misteri Allah Trinitas yang mahakudus ini. Demikian juga para santo-santa yang lain : para martir Allah yang kudus, para perawan yang suci, para Bapa Gereja, para gembala umat, para teladan iman, dst…dst…

Litani para kudus merupakan doa yang paling indah dan paling sederhana. Melalui seruannya yang panjang, Gereja di dunia memohon bantuan doa kepada Allah dari Gereja yang jaya di surge. Pertama-tama seruan permohonan kepada Santa Maria, Bunda Gereja menjadi pengantara doa kita, kemudian menyusul berturut-turut kepada St. Yoseph, St. Yohanes Pembabtis, para rasul, para martir, para missioner, para doctor Gereja, para teladan iman, dst… (para kudus dari Negara dan dioses tertentu, para kudus penlindung : babtisan baru, diakon, imam, uskup yang ditahbiskan, santo/a pelindung paroki, gereja, keuskupan…). Setiap seruan diselingi permohonan, “Doakanlah kami…!”.

Dalam tradisi liturgi Gereja, litani para kudus dinyanyikan pada parayaan Malam Paskah ;  pada perayaan tahbisan : diakon, imam dan uskup ; juga dalam profesi kaul kekal para biarawan/i ; Juga dapat dinyanyikan sebagai lagu pembukaan pada hari raya Semua Orang Kudus, tanggal 1 November. Biasanya kalau litani para kudus diserukan atau diucapkan saja pada kesempatan babtis bayi ; seruan permohon doa kepada para kudus terutama santo – santa pelindung bayi yang dibabtis. Juga mungkin dalam doa atau kesempatan-kesempatan devosi.

Dalam liturgi bahasa Indonesia, sepengetahuan saya, lagu Litani para kudus yang ditranlasikan dari lagu Latin. Mungkin sudah ada jenis lagu yang lain… khas Indonesia. Versi inkulturatif budaya Batak dan Nias di Keuskupan Agung Medan dan Keuskupan Sibolga sangat agung, megah dan indah. Apakah ada versi inkulturatif dari budaya lain ??

Komentar Bp. Andreas Adiana

Pertanyaan tsb. sengaja saya lontarkan, karena pada Perayaan Ekaristi Sabtu Malam Paskah kemarin benar² tidak ada Litani Para Kudus. Jangankan dinyanyikan, didaraskan pun tidak. Ini pertama kali saya alami seumur hidup saya mengikuti Perayaan Ekaristi Sabtu Malam Paskah.
Terima kasih atas pencerahan yg diberikan, ternyata Litani Para Kudus tidak hanya dinyanyikan saat Sabtu Malam Paskah, tetapi juga saat upacara tahbisan.

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Litani Para Kudus memang tidak hanya dinyanyikan/didaraskan saat Malam Paskah, tapi juga pada saat2 lain seperti tahbisan atau baptis bayi. Surat Edaran Paskah juga menganjurkan Litani Para Kudus dinyanyikan sebagai lagu pembuka saat Minggu  Prapaskah I (SEP 23).Waktu saya menghadiri rapat dengan komisi liturgi keuskupan, ada pertanyaan dari salah seorang seksi liturgi paroki “Jika tidak ada pembaptisan, apakah Litani Para Kudus boleh dinyanyikan?” Jawaban ketua KomLit: “Boleh.” Dari tanya jawab ini tersirat, bahwa Litani Para Kudus tidak wajib dinyanyikan jika tidak ada pembaptisan.

Seingat saya memang ada rubrik di buku misa, bahwa Litani Para Kudus dihilangkan jika tidak ada pembaptisan atau pemberkatan air baptis. Perlu diketahui bahwa dalam upacara Malam Paskah ada 2 jenis pemberkatan air, yakni pemberkatan air baptis dan pemberkatan air suci. Air baptis untuk membaptis para katekumen, dan air suci untuk memerciki yang sudah dibaptis, untuk upacara sakramentali dan untuk diletakkan di pintu2 gereja.

Litani Para Kudus dapat digunakan kalau pada malam paskah itu diadakan pemberkatan air baptis walaupun tidak ada yang dibaptis pada malam itu. Kalau tidak ada pemberkatan air baptis, maka tidak perlu ada Litani Para Kudus.

Dulu pernah terjadi di paroki saya, tidak ada Litani Para Kudus saat Malam Paskah. Umat protes, dan Romo kepala menjelaskan sama seperti penjelasan saya di atas. Sejak saat itu setiap Malam Paskah selalu diadakan pembaptisan baik misa pertama maupun kedua. Hehehe

-OL-

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

PASKAH – LAGU HAEC DIES

Posted by liturgiekaristi on April 25, 2011


Posted in 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »

HARI MINGGU PASKAH – Sekuensia Paskah

Posted by liturgiekaristi on April 25, 2011


Sekuensia Paskah, dalam Puji Syukur no. 518. Dinyanyikan hari Minggu Paskah pagi: setelah bacaan II lalu disusul ‘Alleluia’

Posted in 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »

MALAM PASKAH – LITANI PARA KUDUS

Posted by liturgiekaristi on April 24, 2011


Posted in 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »

Hallelujah – Choir of King’s College, Cambridge live performance of Handel’s Messiah

Posted by liturgiekaristi on April 24, 2011


Posted in 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »

MALAM PASKAH – Simbolisme Cahaya dan Lilin Paskah

Posted by liturgiekaristi on April 24, 2011


Kristus dahulu dan sekarang,

awal dan akhir, alpha dan omega.

MilikNyalah segala masa dan segala abad,

kepadaNyalah kemuliaan dan kekuasaan

untuk selama-lamanya.

 

Pada Malam Paskah ini ada suatu kebutuhan dari setiap kita yang merayakan Malam Vigili Paskah adalah lilin. Mungkin setiap kita sibuk mencari lilin. Toko-toko penjual lilin laris manis. Kelompok Mudika atau Legio Maria, Putra Altar dan Putri Sakristi pada sibuk menyiapkan lilin bagi umat beriman yang datang merayakan Hari raya Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Memang dalam tradisi Liturgi Gereja Katolik perayaan Malam Paskah diawali dengan upacara cahaya. Tuhan Yesus yang bangkit dari kuburNya merupakan cahaya yang menerangi kegelapan dan kekelaman dunia ; maut dan dosa dikalahkan, dunia dilimpahi kasih dan keselamatan Allah. Dunia bergema dengan sorak sorai : « Kristus Cahaya Dunia », « Syukur Kepada Allah ».

 

Simbol Kebangkitan Kristus

 

Gereja dalam tradisi liturginya telah menggunakan Lilin sejak abad IV, terutama lilin putih besar yang dihiasi dengan goresan salib berwarna merah.

Lilin Paskah merupakan symbol cahaya Kristus yang bangkit. Hal ini terutama dalam kata-kata imam ketika menyalakan lilin Paskah dengan mengucapkan : « Semoga Cahaya Kristus yang bangkit mulia menghalau kegelapan hati dan budi kita ». Ketika Lilin Paskah diarak masuk ke dalam gereja, Gereja dalam keadaan gelap, dan cahaya lilin Paskah ini mulai memberi terang dalam kegelapan. Memang, sesungguhnya terang kebangkitan Kristus memberi cahaya untuk menerangi kegelapan hidup kita, bahkan mencerahkan dan mengubah hidup yang suram.

Cahaya Lilin Paskah ini kemudian diedarkan ke tengah umat beriman dengan saling menyalakan lilin-lilinnya di tangan, sebagai simbol saling berbagi terang kebangkitan Kristus dan  cinta kasih Allah yang menyelamatkan.

Tulisan atau goresan pada Lilin Paskah

 

Ketika upacara pemberkatan Lilin Paskah, imam mengoreskan tanda-tanda pada Lilin Paskah :

  • Imam mengoreskan (menulis) tanda salib, dari atas ke bawah – kiri ke kanan; kemudian dia mengoreskan abjad yunani Alpha di bagian atas dan abjad Omega di bagian bawah, seraya mengucapkan : “Kristus dahulu dan sekarang; Awal dan Akhir – Alpha dan Omega”. Jadi ada tindakan yang disertai kata-kata ini menunjukkan bahwa Kristus adalah awal dan akhir dari segala sesuatu. Kita ingat dalam prolog Injil Yohanes, di situ dikatakan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1, 1). Dan sungguh, Firman Allah itu adalah Yesus Kristus. Dan masih tetap menurut St. Yohanes dalam Kitab Wahyu, di situ dikatakan : « Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus! » (Why 22, 20), yang merupakan kalimat terakhir dari Alkitab, dan yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus kita nantikan kedatanganNya pada akhir jaman, sebagaimana kita ucapkan dalam credo atau pengakuan iman kita. 
  • Di ke empat sudut dari salib itu digoreskan angka tahun yang menunjukkan bahwa  Yesus Kristus adalah Tuhan atas waktu dan sejarah. « MilikNyalah segala masa dan segala abad. KepadaNyalah kemuliaan dan kekuasaan sepanjang segala masa. »
  • Pada bagian tengah dan keempat ujung dari tanda salib itu, imam menancapkan biji-biji dupa sebagai tanda dari 5 luka-luka Yesus, seraya berkata : « Demi luka-lukaNya yang kudus dan mulia, semoga kitapun dilindungi dan dipelihara oleh Kristus Tuhan. Amin. »

Exultet

 

Setelah uapacara pemberkatan api baru, pemberkatan dan penyalaan Lilin Paskah, menyusul perarakan  masuk ke dalam gereja dengan tiga kali aklamasi « Kristus Cahaya Dunia »« Syukur kepada Allah ». Pada aklamasi kedua, lilin-lilin misdinar dinyalakan dari nyala Lilin Paskah ; dan pada aklamasi ketiga nyala Lilin Paskah diteruskan ke umat oleh misdinar dan umatpun saling berbagi nayala api Lilin Paskah Kristus. Kemudian menyusul Exultet atau Pujian Paskah, yang  merupakan pemakluman Paskah Kristus secara meriah, sekaligus menyimpulkan bagian pertama  perayaan Malam Paskah, perayaan cahaya Kristus yang bangkit jaya.

Cahaya sejati adalah Tuhan

 

Istilah « terang » atau « cahaya » banyak terdapat dalam ayat-ayat Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, seperti  dalam kisah penciptaan, pada saat dimana Allah menuntun umat pilihanNya dari perbudakan Mesir dalam terang tiang awan, juga ada dalam kitab mazmur, dsb.

Perjanjian Baru menjelaskan makna cahaya menunjuk kepada Yesus sebagai Terang Dunia.

  • Pada kelahiran Yesus : « Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang » (Mat 4, 16).
  • Pada saat Yesus dipersembahkan di Bait Allah : Simeon berseru bahwa Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa : « Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. » (Luk 2, 29 – 32) 
  • Pada peristiwa transfigurasi di Gunung Tabor : « Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. » (Mat 17, 2) 
  • Yesus disebut sebagai terang sejati: “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Yoh 1, 4-9) 
  • Yesus berkata bahwa Dia adalah terang yang sesungguhnya : “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8, 12) 
  • Dan kita yang telah mengikuti Yesus menjadi terang dunia : “Kamu adalah terang dunia. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” (Mat 5, 14. 16) 

Terang dalam Liturgi

 

Konon pada jaman Romawi kuno, para kaisar dikelilingi oleh orang yang membawa obor untuk menunjukkan kehadirannya di tengah rakyat. Kekristenan awal mengadopsi ide ini bukan untuk menunjukkan dan menghormati kaisar tetapi menunjukkan Raja segala raja, Raja alam semesta adalah Tuhan Yesus Kristus.

Dalam kumpulan catatan liturgi kuno ditemukan sebuah ungkapan ini : « Kita tidak perna merayakan Misa tanpa cahaya (lilin) ; hal ini bukan bukan untuk mengusir kegelapan tetapi untuk memuliakan Sang Cahaya sejati, yakni Kristus Yesus, Sakramen keselamatan yang hadir di altar, tanpa Dia, kita berada dalam kegelapan malam » (Bernold Konstanz dalam Micrologue, tahun 1085).

Fungsi cahaya dalam liturgi :

 

Secara historis : untuk menunjukkan benda atau obyek yang bersangkutan :

  • Altar dalam katakombe dan dalam Basilika pada awal kekristenan.
  • Salib perarakan (dalam prosesi salib diapiti lilin bernyala)

Secara simbolik :  menghormati tanda-tanda kehadiran Yesus Kristus, Terang Dunia, yang hadir dan tinggal di tengah-tengah umat beriman. Dengan demikian, cahaya lilin atau lampu menjadi tanda kehadiran Kristus dalam GerejaNya, yakni :

  • Yesus hadir dalam roti dan anggur yang telah dikonsekrir
  • Altar yang menghadirkan pengorbanan diri Yesus Kristus di altar salib
  • Salib perarakan
  • Perarakan Evangeliarium (menjelang pembacaan Injil) dan saat bacaan Injil, karena Yesus adalah Sabda Allah.

Mengapa menyalakan lilin?

 

Lilin adalah simbol terang / cahaya. Dalam ritual keagamaan, lilin banyak digunakan untuk mengingatkan setiap orang akan cahaya ; dan cahaya itu merupakan  sesuatu yang berguna untuk menerangi kegelapan dan sekaligus cahaya itu bisa menjadi hal yang riskan dan rapuh, maka perlu diberi perhatian terus menerus.

Selama nyala dari suatu lilin dapat diedarkan dan diperbanyak, ia dapat digunakan sebagai simbol memberi semangat, maka dari itu juga dalam iman cahaya itu adalah simbol iman.

Di tabernakel, lampu (lilin) merupakan simbol kehadiran Allah. Selain itu, ketika kita menyalakan lilin di gereja, atau di depan patung, atau di tempat-tempat ziarah ataupun di kuburan dari keluarga yang telah meninggal, cahaya lilin merupakan simbol doa.

Lilin Babtis dan Pembaharuan Janji Babtis   

      

“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” (Efesus 5, 14)

Selain air, lilin merupakan simbol terpenting dalam pembabtisan (inisiasi Kristen). Hal ini mengungkapkan bahwa Kristus adalah terang dunia, kini diterima oleh orang yang dibabtis dan hidup dalam cahaya Kristus. Bukan hanya itu, ia juga menjadi terang bagi sesama di sekitarnya, yang mungkin saja terkadang redup tertiup angin dan gelombang kehidupan, namun nyalanya tetap membara dan tak terpadamkan, karena sumbernya dari Kristus, Sang Terang sejati. Maka dengan nyala lilin di tangan yang diambil dari Lilin Paskah Kristus, kita membaharui janji-janji babtis untuk tetap hidup dalam Terang Kristus dan menjadi cahaya yang tak terpadamkan bagi sesama di sekitar kita.

Semoga,

Selamat Paskah, Tuhan memberkati !!

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

BEBERAPA CATATAN PRAKTIS PASTORAL

Posted by liturgiekaristi on April 20, 2011


Beberapa Catatan Praktis Pastoral

1.         Prosesi palma ada tiga kemungkinan yang hendaknya diterapkan secara bijaksana, yaitu: prosesi meriah dari luar gereja; prosesi meriah tetapi di dalam gereja; perarakan masuk biasa dengan pemberkatan daun palma serta nyanyian pujipujian bersama (bdk. Perayaan Paskah dan Persiapannya [PPP] no. 2930).

2.         Dalam Kisah Sengsara, peran Kristus dibawakan oleh yang tertahbis (PPP no. 33).

3.         Waktu yang paling tepat untuk pengumpulan hasil kegiatan APP ialah pada perarakan Persembahan dalam Misa Perjamuan Tuhan, Kamis Putih (PPP np. 52).

4.         Dari pengalaman dan evaluasi selama ini, dramatisasi Sengsara Tuhan oleh kelompok orang muda Katolik lebih cocok diadakan di luar Upacara Jumat Agung, misalnya pada jam pagi sehingga Upacara Jumat Agung pada sore hari lebih khusus dengan pemeran tiga orang seperti biasanya (bdk PPP no. 72).

5.         Perayaan Malam Paskah tidak boleh diadakan sebelum matahari terbenam…peraturan ini harus ditepati secara ketat. Jadi, Upacara Cahaya secara simbolik menjadi sangat nyata ketika di tengah kegelapan malam (PPP no. 78).

6.         Struktur dan urutan perayaan Malam Paskah tidak boleh diubah atas kehendak sendiri (PPP no. 81).

7.         Misa Minggu Paskah harus dirayakan dengan meriah. Ritus pertobatan diganti dengan pemercikan air yang diberkati pada Malam Paskah (PPP no. 97).

Majalah LITURGI: Vol. 22, No. 2, Maret  April 2011

Posted in 2. Minggu Palma, 3. Kamis Putih, 4. Jumat Agung, 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

TRIHARI PASKAH : KAMIS PUTIH, JUMAT AGUNG, SABTU PASKAH, MINGGU PASKAH

Posted by liturgiekaristi on April 20, 2011


Trihari Paskah

Dasar Liturgi Trihari Paskah adalah kesatuan yang tak terpisahkan antara misteri Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Kristus. Gereja merayakan fakta historis Paskah Kristus ini secara lengkap, diawali dengan perayaan Paskah ritual, Kamis Putih.

Kamis Putih: Ekaristi Perjamuan Tuhan

Konsili Vatikan II memberi arti khusus Misa Kamis Putih sore sebagai pembuka Trihari Paskah. Yang menarik adalah sesudah homili, Gereja mewujudkan semangat pelayanan Kristus secara nyata dengan upacara pembasuhan kaki.

Selanjutnya, setelah Doa sesudah Komuni dilanjutkan dengan perarakan Sakramen Mahakudus dan adorasi untuk mendalami keluhuran Misteri Ekaristi yang telah dirayakan.

Jumat Agung, Hari Pertama Trihari Paskah

Merupakan hari pantang dan puasa festival karena berkaitan dengan perayaan sengsara dan wafat Kristus. Sesuai dengan tradisi, tidak ada Misa. Gereja memusatkan seluruh perhatiannya pada permenungan Sengsara dan Wafat Kristus pada kayu salib dengan perayaan Sabda, pemakluman Kisah Sengsara, Penyembahan Salib dan Kesatuan mesrah dengan Kristus dalam Komuni kudus. Memang harihari ini sangat dianjurkan kegiatan devosional yang mendukung peran serta umat dalam dinamika pengalaman Kristus sehingga pagi hari di samping Ibadat Bacaan dapat diadakan Jalan Salib. Pada malam hari permenungan bersama Maria, Bunda Berdukacita (Stabat Mater).

Sabtu Hening, Hari Kedua Trihari Paskah

Pada hari ini Gereja melanjutkan permenungan misteri penderitaan dan wafat Kristus yang kini berada di dalam makam. Seiring perjalanan matahari, permenungan ini mengarah ke seluruh karya keselamatan yang memuncak pada Malam Paskah dengan sekian banyak bacaan sampai pada misteri Kristus, Paskah kita. Jadi, hari Sabtu adalah hari retret agung, hari meditasi seluruh Gereja mengenai keagungan karya Allah dalam Kristus.

Minggu Kebangkitan, Hari Ketiga Trihari Paskah

Minggu Kebangkitan dimulai dengan perayaan vigilia pada Malam Paskah sampai Ibadat Sore Hari Minggu Kebangkitan. Santo Agustinus menyebutkan Vigilia Paskah sebagai “Ibu segala vigilia”. Malam Paskah ditandai dengan Upacara Cahaya yang membuka perayaan Vigilia. Dengan Pujian Paskah Gereja memuliakan Allah atas karya penebusan. Vigilia Paskah diwarnai oleh dimensi pembaptisan tetapi tidak harus ada orang yang dibaptis. Dimensi pembaptisan ini mengajak setiap orang untuk kembali memperbarui janji baptisnya. Sesungguhnya Malam Paskah dirayakan dengan kegembiraan Paskah; dengan perayaan Ekaristi yang secara nyata memperlihatkan corak Paskah.

Hari Minggu sebagai perayaan Paskah Kebangkitan Kristus merupakan puncak kemenangan atas maut; puncak yang dinantikan sepanjang Vigilia, ketika matahari terbit, simbol kemenangan Kristus atas kegelapan dosa dan maut.

Lebih dianjurkan bahwa ritus penitensial pada awal Misa diganti dengan pemercikan air untuk mendukung alasan bergembira dan pembaruan semangat hidup semua orang yang telah dibaptis. Itulah keseluruhan Pekan Suci yang diakhiri pada sore hari Minggu Kebangkitan.

Sumber : MAJALAH LITURGI , EDISI 2, 2011

Posted in 3. Kamis Putih, 4. Jumat Agung, 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

MENGAPA PASKAH KALAH POPULER DENGAN NATAL?

Posted by liturgiekaristi on April 10, 2011


Pertanyaan umat:

“Dalam gereja Katholik, liturgi Paskah cenderung lebih meriah daripada liturgi Natal (walau Liturgi Natal juga tetap special); tapi mengapa natal cenderung lebih popular daripada hari raya Paskah? Apakah natal jauh lebih penting?”.

 

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Natal tidak jauh lebih penting. Natal adalah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu, sedangkan Paskah adalah hari raya dari segala hari raya. Kesimpulannya, Paskah adalah hari-raya-nya Natal (dan semua hari Minggu dan hari raya lainnya…). Mengapa bisa demikian? Karena perayaan Natal, perayaan hari Minggu, dan hari raya lainnya bersumber dari perayaan Paskah.

Ekaristi yang merupakan SUMBER dan PUNCAK kehidupan Gereja, dirayakan sebagai pengenangan akan Kristus yang wafat, bangkit, dan kelak akan datang kembali. Misteri iman ini yang diungkapkan kembali pada setiap misa dalam anamnesis.

Jadi sumber iman kita memang bukan pada perayaan kelahiran melainkan pada peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus.

Kenapa Natal terkesan lebih populer dari Paskah? Jawabannya: INDUSTRI. Dan kebanyakan umat katolik sudah menjadi korban industri ini, sehingga kalau misa Natal biasanya pakai baju baru, sepatu baru, dll, sedangkan kalau misa Paskah pakai yang apa adanya.

Saran saya untuk mengubah pandangan yang salah kaprah ini, mulailah dari yang paling sederhana, yakni menghadiri misa Paskah bersama keluarga, dan gunakan baju terbaik yang keluarga anda miliki.

-OL-

Posted in 5. Vigili - HR Paskah, n. ADVEN - NATAL | Leave a Comment »

MALAM VIGILI PASKAH – MENGENAI BACAAN PADA VIGILI PASKAH

Posted by liturgiekaristi on April 10, 2011


Pertanyaan umat :

“Dalam perayaan malam Paskah, seringkali bacaan2 yang dipakai berubah2 baik jumlah ataupun bagiannya. Sepertinya tergantung Imam yang memimpin upacara malam paskah itu. Apakah ada kriteria khusus tentang bacan malam paskah? Semacam syarat minimal, harus berapa banyak bacaan? Mohon pencerahan.”

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Bacaan Kitab Suci pada Perayaan Malam Paskah ada 9 : 7 dari PL + Epistola + Injil. Untuk bacaan dari PL kisah tentang sejarah keselamatan Tuhan dgn strukturnya 4 + 3 : 4 teks pertama berkaitan dengan malam (kegelapan) dari kehidupan kita menuju ke terang, yakni malam kisah penciptaan, pengurbanan Abraham, malam pembebasan Israel menyeberangi Laut Merah (Paskah Israel) dan pembentukan umat pilihan Allah yg baru setelah pembuangan. 3 teks berikutnya berkaitan dengan pembabtisan : perjamuan (Yes 55), Kebebasan dalam Allah (Bar 3) dan menjadi anak angkat Allah (Yeh 36). Setiap bacaan ditanggapi umat beriman dengan bermasmur: kita menanggapi Sabda Allah dengan mazmur yg juga adalah Firman Allah sendiri; artinya kita berseru kepada Tuhan yang terlibat langsung dalam sejarah kemanusiaan, dgn bermazmur. Lalu setelah setiap mazmur ada doa dari pemimpin perayaan (imam) yang memaknai Sabda Allah itu dalam terang Yesus Kristus, Putera Allah.

Pertanyaan :

Romo, saya mau tanya neh. Untuk malam paskah,pada bacaan ke 3 tentang Umat Israel yang dibawa keluar dari Mesir itu, sebenarnya pada akhir bacaan ada kata2 “demikianlah sabda Tuhan ” atau tidak? Dan Mazmur yang dipakai apakah benar kalau yang ” Bersyukurlah kepada Tuhan..karna kekal kasih Allah…” ? Karena di paroki saya sekarang (saya dulu tidak di paroki ini), mazmur ini belum pernah dinyanyikan dengan alasan umat tidak bisa…lagunya panjang, lalu diganti dengan mazmur dari bacaan ke 2. Bolehkah seperti itu? Terima kasih

PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR:

Untuk pertanyaan 1: Dalam Liturgi Sabda (termasuk pd liturgi Malam Paskah), isi Kitab Suci yg dibacakan kita imani sebagai Sabda Allah. Iman ini terekspresi secara ritual dalam seruan Demikianlah Sabda Tuhan. Demikianlah dalam Buku Missale atau Buku Bacaan Misa, tertera di bawah perikop bacaan seruan Demikianlah Sabda Tuhan. Dalam buku Madah Bakti … See MoreKoor, pd bagian Liturgi Malam Paskah, telah dikemukakan juga lagu dan beberapa hal sehubungan dengan bacaan ketiga ini (bisa dicek sendiri sbb saya sendiri tidak ingat baik). Jangan lupa pula untuk mengecek langsung ke Buku Mazmur

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ

Juga dari Lectionarium (Buku Bacaan resmi – yang lengkap) akan kita temukan pula bahwa setelah masing-masing Bacaan ada Mazmur yang mengikutinya. Mzm ini telah dipilih dengan baik secara liturgis. Maka sebaiknya Mzm menyesuaikan dengan Bacaan sebelumnya.
Maka kita bisa melihat Buku Mazmur Tanggapan berpedoman pada Lectionarium itu.

NB. Jangan lupa Mazmur adalah nas Kitabsuci, maka sebaiknya tidak diganti dengan sembarang nyanyian.

Pertanyaan umat :

Selamat pagi… Maaf, saya mau tanya lagi. Pada bacaan pertama malam paskah tentang kisah penciptaan, jika selama bacaan sudah diselingi dengan mzm “Maka jadilah petang dan pagi..”, apakah sesudah bacaan masih perlu dinyanyikan mzm lagi seperti “Utuslah Roh Mu Ya Tuhan” (krn di gereja saya ada pembabtisan).
Yang kedua, …sekwensia itu dinyanyikan HANYA oleh pemazmur atau bersama umat?
Terima kasih.

PENCERAHAN DARI BP. DANIEL PANE :

1. Lagu “maka jadilah petang dan pagi” yang digunakan dalam bacaan pertama Malam Paskah adalah kreasi Gereja lokal di Indonesia, aslinya bacaan berlangsung seperti biasa tanpa ada selingan “maka jadilah petang dan pagi hari …”. Jadi penambahan selingan itu TIDAK menggantikan Mazmur tanggapan (yang tetap harus ada setiap selesai bacaan).

2. Di bawah pernah ada topik mengenai sekuensia. Jika ada Diakon maka sebaiknya sekuensia dinyanyikan oleh Diakon (mungkin bergantian dengan umat). Jika Diakon tidak ada bisa dinyanyikan bergantian oleh koor dan umat.

Jadi teks bacaan Kitab Suci PL ada 7, namun boleh dikuangai sampai 3. Tetapi syaratnya : urutan bacaan tidak boleh diubah dan kisah pembebasan bangsa Israel di Keluaran bab 14 harus tetap dibacakan.

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

MALAM VIGILI PASKAH – PUJIAN PASKAH

Posted by liturgiekaristi on April 7, 2011


Pertanyaan umat :

Apakah Pujian Paska juga penting tuk dinyanyikan…mohon pencerahan…

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Exultet atau pujian Paskah tetap penting (dinyanyikan dgn lagu dgn versi yang berbeda itu soal lain). Setelah perakan masuk dengan tiga kali seruan “TERANG KRISTUS” umat menjawab “SYUKUR KEPADA ALLLAH” dan setelah umat berada di tmptnya mas…ing², berdiri dengan lilin menyala di tangan, dinyanyikan lagu EXULTET. Exultet merupakan suatu pemakluman atau proklamai yang meriah dan penuh hikmad tentang Paskah Kristus. Yesus Kristus telah bangkit, mengalakan dosa dan maut dan umat manusia memperoleh keselamatan. Terhapan peristiwa yang menyelamatkan ini kita patur bersuka cita dengan gembira. Refrein lagu exultet bisa memberi makna suka cita ini : “Bersoraklah, nyanyikan lagu gembira bagi Kristus Sang Penebus kita; bersyukurlah kepada Allah, kita bangkit bersama Kristus”.
Semacam yel… kemenangan … berdiri dengan mengacungkan lilin bernyala di tangan sebagai tanda kemenangan…. simbol Terang Kristus. Maka supaya simbol Terang Kristus ini bisa bermakna, petugas yang membawakan exultet berada dekat Lilin Paskah, lampu gereja belum dihidupkan, penerangan hanya dari Terang Paskah Kristus dari nyala lilin paskah dan nyala lilin-lilin yang ada di tangan umat… (nyala lilin umat harus dari lilin paskah, bukan dinyalakan sendiri dr korek api… setelah umat berdiri dengan lilin yg bernyala di tangan baru lagu exultet).

Praeconium Paschale – Exsultet

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

MALAM VIGILI PASKAH – RITUS UPACARA

Posted by liturgiekaristi on April 7, 2011


Pertanyaan umat :

“sejauh yang saya tahu, dari Buku Liturgi Malam Paskah, Lilin Paskah hanya dicelupkan pada saat pemberkatan air Baptis,….pada saat pemberkatan air suci, tidak dikatakan lilin Paskah dicelupkan…. ini jg membingungkan banyak imam sehinggA …prakteknya berbeda-beda…. ada yang mencelupkan lilin Paskah pada kedua bejana, ada yang hanya pada air baptis… pada air suci ditambahkan ritus pemberkatan garam lalu garam itulah yg dtaburkan pada pemberkatan air suci…. meskipun tidak terdapat rubrik pemberkatan garam pd malam Paskah…. mohon admin memberikan penjelasan yang sebenarnya….thanks….”

 

SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA

Perayaan Malam Paskah terdiri dari 4 bagian besar :

1. Liturgi cahaya: Pemberkatan api baru, pemberkatan Lilin Paskah, perarakan masuk ke gereja dan pujian paskah (exultet)
2. Liturgi Sabda
3. Liturgi babtis : Litani orang kudus, pemberkatan a…ir babtis – upacara pembabtisan, (pemberkatan air suci) pepbaharuan janji babtis
4. Liturgi Ekaristi.

Yang ditanyakan itu di bagian liturgi babtis, yang diawali dengan litani orang kudus lalu menyusul pemberkatan air babtis. Rumusan doa pemberkatan ini merupakan rumusan doa sejak abad pertama (jadi rumus kuno alias jadul… hehehe) dan gereja mempertahankan rumusan doa ini memberi simbolisasi yang sangan bermakan. Rumusan doa yang mengisahkan karya penciptaan dan penyelamatan Allah terutama yang disimbolkan oleh air, yang nantinya akan kita gunakan untuk menyatakan rahmat pembabtisan. Di sini saya kutip bagian akhir dari doa :

“Kami mohon ya Tuhan, restuilah GerejaMu dan bukalah sumber air babtis baginya. Semoga air ini dihidupi oleh Roh Kudus dengan rahmat PuetraMu. Semoga karena sakramen babtis, manusia yang Kau ciptakan menurut citraMu, Kau sucikan dari kecemaran dosa. Semoga manusia lahir kembali dari air dan Roh Kudus dan menjadi putra-putriMu. (lilin paskah dicelupkan ke dalam air babtis) Kami mohon ya Tuhan, semoga dengan perantaraan PuetraMu, kekuatan Roh Kudus turun ke dalam bejana babtis ini. (sambil memegang lilin paskah dalam air) Semoga semua orang, yang dalam air babtis dikuburkan bersama Kristus yang wafat, diperkenankan pula hidup bersama Kristus yang bangkit…”
Ketika lilin paskah diangkat, umat menyerukan : “Pujilah Tuhan hai sumber-sumber air, megahkan dan luhurkan Dia selama-lamanya”.

Dari rumusan doa tersebut sudah memberi makna yang jelas dari simbolisasi lilin paskah dicelupkan ke dalam air babtis.

Namun kalau tidak ada pembabtisan dan pemberkatan air babtis, rumusan doa yang dipakai adalah pemberkatan air suci yang nanti digunakan untuk pembaharuan janji babtis dan perecikan air kepada umat.

Pada umumnya di Gereja² paroki terjadi pemberkatan air babtis karena selalu ada pembabtisan di Malam Paskah, kalaupun tidak ada babtis pada malam paskah, air babtis tetap diberkati untuk dipakai di waktu² mendatang… ketika babtis bayi di masa paskah atau masa biasa.

Kalau di gereja/kapel komunitas biarawan/i atau kapel komunitas lainnya (stasi?), umumnya dipakai rumusan pemberkatan air suci… karena memang tidak ada yang dibabtis di sana. Perlu diketahui bahwa babtis harus terjadi bersama dan ditengah umat beriman, yang dalam hal ini di paroki (juga stasi).

Posted in 5. Vigili - HR Paskah | Leave a Comment »

PUMR 51 – KAITANNYA DENGAN PERECIKAN DENGAN AIR SUCI (SEBAGAI PENGGANTI PERNYATAAN TOBAT)

Posted by liturgiekaristi on March 16, 2011


‎”Pada hari Minggu, khususnya selama Masa Paskah, Pernyataan Tobat dapat diganti dengan pemberkatan dan perecikan dengan air suci untuk mengenang pembaptisan.” (PUMR art. 51)

Di luar masa Paskah, perecikan air suci dilakukan sambil menyanyikan Asperges Me, seperti yang diperlihatkan video ini.

PERTANYAAN UMAT :

Dlm perayaan Ekaristi dulu pernah dipakai ritus perecikan air (Asperges me) sbg tanda tobat pd awal perayaan sblm doa pembuka. Skrng ritus ini ditiadakan. Bolehkah kita menjalankan ritus ini lagi dlm liturgi Ekaristi kita?? Lalu apa maksud dan bedanya dng perecikan saat kita… membaharui syahadat iman pd
waktu malam Paskah, misalnya?

PENCERAHAN DARI BP. Agus Syawal Yudhistira:

karena ritus tobat di dalam misa terdiri dari beberapa opsi.
Jika ritus tobat bisa selalu digantikan dengan pemercikan air. Namun biasanya karena merepotkan sering kali imam melakukan ini hanya pada perayaan-perayaan utama.

sementara ritus tobat yang biasa bisa terdiri dari beberapa pilihan.
misalnya, pilihan A, terdiri dari “saya mengaku” diikuti Kyrie Eleison..
Banyak juga yang menggunakan pilihan C, yang berupa Kyrie Eleison yang tiap baitnya didahului sebuah tropar/ayat yang dibacakan imam.

Memang ada baiknya bahwa umat lebih diperkenalkan dengan berbagai opsi yang ada, sehingga mengenal dengan baik perbedaan masing-masing.

Posted in 1. Ritus pembuka, 5. Vigili - HR Paskah, q. Video terpilih | Leave a Comment »