MAKNA DUPA DALAM PERAYAAN EKARISTI
Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011
PENCERAHAN DARI BP. VINCENT PAMUNGKAS :
Dupa dipakai gereja sejak jaman yahudi dan pararasul, banyak referensi di Mazmur dan kitab2 PL juga Wahyu. Asap yang dihasilkan menjadi lambang penyucian/pengkudusan, dan juga melambangkan doa2 kita yang naik ke surga. Di dalam misa dupa bisa dipakai waktu perarakan masuk, bacaan Injil, atau untuk menyucikan persembahan/pastor/umat, atau untuk menghormati altar, salib, hosti setelah konsekrasi. Penggunaan dupa tidak diwajibkan, tapi boleh dipakai untuk membuat suasana misa lebih sakral.
PENCERAHAN DARI BP. DANIEL PANE
Dupa menandakan kemeriahan. Karena hari Minggu adalah hari raya maka idealnya Misa Hari Minggu dirayakan dengan meriah, teks-teks Misa dinyanyikan, prosesi diadakan, dan dupa dipakai (lebih bagus lagi jika ada Diakon yang ikut melayani dan membacakan Injil), dulu Misa semacam ini sering disebut sebagai Misa Agung. Mengadakan Misa semacam ini untuk .semua Misa yang diadakan pada hari Minggu (dalam paroki yang merayakan Misa lebih dari satu kali) kenyataannya cukup sulit. Maka biasanya dipilih satu Misa, yang paling banyak dihadiri umat, dan diadakan secara demikian, sementara Misa-misa lainnya cukup dinyanyikan atau sekedar dibacakan, sesuai keadaan.
Tapi biasanya kebiasaan mengadakan Misa Agung semacam ini pada hari Minggu tidak terlalu sering di Indonesia, sepengetahuan saya hanya di beberapa Keuskupan saja, Keuskupan tempat saya tinggal adalah salah satunya yang mengusahakan agar setiap hari Minggu ada satu Misa yang dirayakan secara lebih meriah dengan pendupaan dan prosesi.
Leave a comment