PUTRA ALTAR – Bagaimana membunyikan lonceng/gong sewaktu Konsekrasi?
Posted by liturgiekaristi on March 9, 2011
Pertanyaan umat :
PUTRA/I ALTAR “Hmm,,aqhu mw nanya nih,,aqhu kn misdinar d paroki.. Mnrt TPE yg trbaru,,gmna sih sharusnya bunyi lonceng/gong swaktu konsekrasio yg benar??Soalnya,,bda pastornya,,bda jg cra lonceng/gong yg hrz d bunyikn..Kmi jd bingung..TLg d jawab yha.. Thx..”
PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :
TENTANG LONCENG DAN GONG DALAM LITURGI GEREJA, khususnya Perayaan Ekaristi. Beberapa pencerahan saya.
Pertama, sejauh sy tahu, dlm Liturgi Gereja sesuai Ordo Missae hy dikenal lonceng. Karena pengaruh INKULTURASI dlm liturgi, maka gong mulai dipakai umum/meluas di Gereja Indonesia. Anehnya, lonceng dang gong dipakai bersamaan, lalu ada yang menganggap bhw penggunaan serentak lonceng+gong itulah yg ideal.
Kedua, tentang BUNYI. Karena pada masa2 lalu buku2 tentang liturgi masih relatif sedikit, itupun kurang tersebar, maka di byk gereja org hy mewarisi kebiasaan2 lama. Bunyinya mjd beragam; beda gereja, beda CARA DAN JUMLAH bunyi. Hehehe . . . Semua gaya itu sama2 tentu bermaksud baik; macam2 cara dipakai untuk mencapai sesuatu yg baik. Variis modis bene fit, kata orang Latin…
Ketiga, hal yg lebih mendasar adalah PEMAKNAAN LITURGIS. Bunyi lonceng (demikian juga gong) bermakna ‘memanggil’ dan ‘tanda perhatian’ kepada sesuatu/seseorang/peristiwa yg (maha-)penting. Pengundangan atau tanda perhatian ini sangat mengharapkan tanggapan dan jawaban positif umat. Inilah ‘Dimensi Katabatis-Anabatis’ dari liturgi. Jadi, lonceng/gong bukan sekedar barang, dan bunyinyapun bukan sekedar bunyi. Sebaliknya, lonceng/gong dan bunyinya sungguh benda dan bunyi liturgis. Oleh karena itu, lönceng/gong demikian bunyinya haruslah dihayati dan diperlakukan juga sesuai dgn martabatnya dlm liturgi resmi Gereja.
Keempat, tentang ARTI SIMBOLIS. Gereja kaya akan simbol2. Bunyi2anpun mengandung makna simbolis. Demi memelihara dan mewariskan secara utuh keagungan liturgi Gereja dan arti2 simbolisnya, maka dalam Ordo Missae (juga, TPE 2005) telah diatur kapan dan bgmn lonceng/gong dibunyikan: SEBELUM prefasi (1x), SEBELUM memasuki kata2 institusi/konsekrasi (1x), KETIKA elevasi Tubuh/Darah Kristus (3x), dan KETIKA imam berlutut post-elevasi (1x panjang). Angka dalam tanda kurung adalah ‘jumlah ketukan’ yg biasa dibuat di gereja kami.
Salam,
Zepto-Triffon, Sorong, Papua.
Leave a comment